Together And Stronger

Oleh Pdt. Em. Djoni Abednego

Ketika hari Lansia, saya membuat refleksi dengan tema: Hak anak. Setau saya tema ramah anak antara lain karena refleksi yang mengingatkan tentang kecenderungan saat ini antar lain hidup yang penuh dengan kompetis dan persaingan ini, maka karena sifat egois manusia, ada fenomena yang kuat punya kuasa menekan dan tidak adil terhadap yang lemah. Karenanya apa dan siapa pun yang lemah, seperti anak, perempuan, disable cenderung dikorbankan, bukan dilindungi dan dibantu.

Adanya Komisi Perlindungan Terhadap Anak dan Perempuan terhadap kekerasan kan. Itu sebabnya di negara yang berbudaya dan berperikemanusiaan, ada Undang-Undang perlindungan terhadap minoritas, bukan malah ditekan, diperlakukan tidak adil bahkan dihabisi. Karena secara alamiah, yang banyak adalah mayoritas yang pasti lebih kuat dibanding yang sedikit (minoritas).

Dalam kondisi berbeda dan bhineka seyogyanya kita saling mendukung dan bekerjasama dengan dasar KASIH, berperikemanusiaan dengan hati nurani dan berkeadilan. Karena kita memang tidak sama tapi harus hidup bersama walau berbeda; maka mari saling peduli dan menghargai bahkan kolaborasi. Bayangkan 2 orang berbeda saja sebagai suami dan istri, jika yang satu egois, pasti yang satu akan menjadi korban. Namun jika saling dukung, hargai dan saling cinta, maka ada bahagia, bahkan lahirlah generasi baru bukan?

Bersyukur sebagai ketua Perkumpulan Negara G-20 pak Jokowi punya semboyan-ajakan: “together and stronger

Ada tulisan bagus: “Church togetherness as a sharing faith, values and caring life Community” (1 Korintus 12 dan 13)

Khusus menghadapi masa depan dengan penuh tantangan dan peluang juga dimasa Pandemi ini, bersyukur manusia ciptaan Tuhan sebagai Imago Dei ini mpunyai daya cipta dan adaptasi. Saat ini antara lain dengan Protokol Kesehatan dan teknologi digital. Amin dan Ora et Labora (God Bless Indonesia dan dunia)