Tuhan Hadir dan Menyelamatkan

Refleksi Pagi, Pdt. Supriatno

Selamat pagi, bapak-ibu, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Hidup adalah perjalanan. Kita terus bergerak, melewati waktu. Puji syukur kepada Tuhan, perjalanan kita memasuki hari baru.

Firman Tuhan yang hendak kita renungkan, ”Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.”

Yesaya 43:4

Saudaraku, di pinggir Jakarta ada nama satu tempat yang cukup terkenal. Kebanyakan orang tahu. Bukan karena sebagai lokasi wisata dengan pemandangan indah. Bukan. Tidak juga karena tempat itu mempunyai nilai historis atau bersejarah. Tidak juga. Tempat itu, tidak menyimpan pesona bagi manusia umumnya.

Nama tempat itu Bantar Gebang. Mudah-mudahan Anda semua tahu. Ya, di salah bagian daerah itu terdapat tempat pembuangan sampah. Sampah di mana-mana dianggap benda yang sudah tidak dipakai. Layak dibuang. Orang menganggap benda tidak berguna lagi. Manusia yang disebut “sampah masyarakat”, sebutan menyakitkan dan melecehkan seseorang. Orang itu berarti layak dibuang sebab tidak berguna lagi buat masyarakat.

Namun, definisi sampah sebagai benda yang tidak punya nilai kegunaan tidak berlaku. Seorang bernama Sitorus, justru di tempat itu melihat sampah secara berbeda. Justru, tambang emas. Diolah kembali dan menghasilkan nilai ekonomis milyaran rupiah. Bukan hanya dia lalu diuntungkan, tapi banyak orang. Bahkan ia membayar pajak ke pemerindah daerah dengan angka yang besar sekali.

Saudaraku, jika sebuah benda yang sudah dibuang orang di tempat yang kotor, di mata seseorang masih berharga. Tetap punya nilai. Maka, jika kita refleksikan kepada kita sebagai manusia, di mata Allah. Jelas, Allah memandang kita lebih dari itu. Kita ingat kota Niniwe. Kota metropolitan yang jahat, berdosa dan sikapnya memuakkan. Di mata Yunus, penduduk kota itu layak dibinasakan. Saking muaknya, dia menolak perintah Tuhan ke sana. Lalu, bagaimana di mata Allah? Tetap dikasihi. Tidak dibuang. Tidak pula dibinasakan.

Saudaraku, umat Tuhan berada di pembuangan. Ratusan tahun hidup di negeri orang, baik Persia maupun Babylonia. Iran dan Irak sekarang ini. Dalam situasi demikian, Yesaya mengingatkan mereka bahwa Tuhan tidak meninggalkan mereka. Alasanya, mereka berharga di mata Allah. Janji dan harapan ini tentu bagaikan air sejuk di tengah padang gurun. Menyegarkan dan memberi semangat buat mereka. Di tempat yang jauh dari kampung halaman, Tuhan hadir dan menyelamatkan mereka.

Saudaraku. Salah satu perasaan berat yang dihadapi manusia adalah ditimpa kesulitan. Sehingga merasa ditinggalkan. Perasaan ditinggalkan adalah perasaan seolah-olah dalam kesendirian ia menghadapi realitas yang berat. Seorang istri merasa ditinggalkan suami. Maka, sang istri merasa ada beban berat yang harus dipikulnya. Mungkin Anda familiar dengan lagu, “Mother how are you today?”. Seorang anak yang meyakinkan bahwa dia tidak meninggalkan ibunya. Karena itu jangan kuatir.

Pagi ini, di hari Senin, kita melangkah dengan tegap. Kita percaya bahwa kita berharga di mata-Nya. Karena itu, jangan kuatir. Ia bersama langkah kita.

Kita berdoa, Tuhan, Engkaulah sumber kekuatan kami. Syukur kami berharga di hadapan-Mu. Luputkan kami dari bahaya di hari baru ini. Amin