Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Hakim-hakim 5:31
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik di dalam kasih Tuhan. Kita masih berjumpa dan berkomunikasi lagi di hari yang baru. Sungguh itu karena kebaikan Tuhan, yang patut kita syukuri.
Firman Tuhan hari ini, ”Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya. Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.”
Hakim-hakim 5:31
Saudaraku, kita pernah mendengar julukan “Bapak bangsa”. Julukan ini diberikan bagi orang-orang yang dinilai banyak berjasa bagi sebuah bangsa. Seseorang yang mendarma baktikan hidup dan karyanya bagi keberadaan dan kelanggengan bangsanya. Bapak berarti menunjuk laki-laki. Apakah tidak ada julukan atau sebutan “ibu bangsa”?
Seharusnya ada, dan pasti ada. Karena yang mencurahkan hidup dan karyanya dengan sepenuh hati buat sebuah bangsa, tidak hanya laki-laki. Banyak perempuan hebat di setiap bangsa. Mereka yang berkiprah luar biasa. Sayangnya, tidak diekpose. Jarang, seorang perempuan diangkat ke permukaan sebagai “ibu bangsa”. Selalu yang dominan adalah laki-laki.
Debora, sebuah nama satu-satunya hakim perempuan. Sekaligus seorang nabiah, seorang nabi perempuan. Alkitab mencatat sebagai sosok yang serba bisa. Dalam bahasa sekarang “fenomenal”. Artinya menampilkan sosok yang melebihi kemampuan daripada yang lain. Dan seorang yang hebat.
Jabatan hakim pada waktu itu, lebih luas daripada hakim jaman sekarang. Hakim jaman sekarang menunjuk pada seorang yang paham dunia hukum dan bertindak memutuskan perkara-perkara hukum di pengadilan. Sedangkan hakim jaman Debora hidup, tugasnya lebih luas dan berat. Hakim jaman itu menimbang perkara-perkara hukum dan memutuskannya secara adil. Tetapi juga memimpin bangsa melawan musuh dalam peperangan. Ditambah juga memberi nasihat dan petunjuk di bidang keagamaan.
Tidak cukup di situ. Seorang hakim di Israel harus punya nyali atau keberanian ekstra. Sebab, Israel tengah mempertahankan kedaulatannya. Itu artinya, Israel harus bertahan dari serbuan atau serangan bangsa lain. Dalam hal peperangan seorang hakim harus terjun ke tengah-tengahnya. Memberi semangat, mengatur dan menjaga seluruh bangsanya tetap bersatu dan kompak.
Dan yang tak kalah beratnya, seorang hakim bertanggung jawab mengarahkan dan membina bangsa itu untuk takut akan Allah. Ini tidak mudah. Keyakinan dan praktik keagamaan bangsa sekitarnya yang tidak menyembah Allah Israel masih kuat godaannya. Sehingga ada saja orang Israel terpincut dan ikut peribadahan bangsa lain. Berkaitan dengan hal ini seorang hakim harus mampu mengontrol bangsanya agar tetap setia kepada Allah.
Saudaraku, kini jelas bagi kita, jabatan hakim mencakup banyak tugas dan tanggung jawab. Seorang yang punya kecakapan pas-pasan tidak bisa jadi seorang hakim. Seorang penakut dan kurang berwibawa akan gagal jadi hakim. Demikian juga, jika tidak bisa diteladani kehidupan keagamaannya, sulit menjadi seorang hakim. Seorang hakim adalah seorang terpilih yang istimewa.
Saudaraku, barangkali ada pendapat, “wah, itu sih dunia laki-laki. Tidak cocok buat perempuan. Mana bisa perempuan memangku tugas sedemikian berat?”.
Debora perempuan. Dia mampu jadi hakim, sekaligus sebagai hakim yang berhasil. Terbukti Debora sukses dalam tugasnya. Sehingga ia dijuluki “ibu di Israel”. Sebuah sebutan terhormat yang sama dengan ibu bangsa. Alkitab menorehkan prestasinya dengan menyimpulkan, ”Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya.” Jadi, Debora bukan perempuan biasa. Jelas, ia perempuan luar biasa.
Dengan demikian, di mata Allah segala tugas dan tanggung jawab di wilayah kehidupan bangsa dan masyarakat, terbuka buat semua orang. Itu bisa laki maupun perempuan. Tuhan memberi kemampuan istimewa tidak hanya untuk laki-laki tapi sama buat perempuan juga. Perempuan bisa dalam posisi apa saja karena pasti punya kemampuan sama yang diberikan Allah. Syukurlah di Gereja perempuan punya tempat yang sama dengan laki-laki.
Maka, jika anak kita atau cucu kita perempuan didiklah agar kelak seperti Debora. Ia jadi ibu bukan hanya untuk sebatas keluarga. Ia menjadi ibu bagi sebuah bangsa. Berkaca atas hal itu. Jangan perempuan dijadikan pihak yang tidak setara. Untuk anak laki-laki, orang tua bersedia membiayai kuliah setinggi mungkin, sedangkan buat anak perempuan tidak. Lihat juga, para korban kekerasan dalam rumah tangga. Banyak korban adalah perempuan. Seolah-olah perempuan makhluk ciptaan Allah yang boleh diperlakukan sesukanya.
Bagi kita, kekristenan mengajarkan bahwa Allah menyayangi sama, baik laki-laki maupun perempuan. Allah juga memberi kesempatan dan kemampuan yang hebat, tidak cuma untuk laki-laki, perempuan juga. Jadi, jangan batasi kemampuan seseorang cuma karena dia perempuan. Artinya, Allah itu adil. Adil gender. Maka, kita pun harus berbuat adil. Tidak boleh memperlakukan ketidakadilan berdasarkan jenis kelamin. Hari Senin ini, kiranya kita melangkah dengan mengutamakan sikap adil.
Kita berdoa, ya Allah. Engkau menciptakan manusia dengan adil. Biarlah kami juga melihat keadilan-Mu, sebagai contoh yang kami praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami serahkan kepada-Mu, mereka yang muda semoga bisa meraih kesuksesan dalam pelajaran, kuliah dan kerja. Buat yang telah berkeluarga dan lansia Tuhan berikan mereka kesehatan.
Semoga hari ini, kami menjalani hidup dengan senyum dan syukur karena Tuhan beserta kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.