Berjalan Bersama Tuhan

Oleh Pdt. Supriatno

Kejadian 26:22

Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menghirup udara hari baru seraya mengucap syukur kepada Allah. Sebab, karena Dia-lah, kita dan keluarga kita masih diberi umur kehidupan.

Firman Tuhan yang hendak kita renungan adalah “Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya Rehobot, dan ia berkata: “Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini.”

Kejadian 26:22

Saudaraku, air merupakan kebutuhan vital. Orang bisa bertahan tidak makan satu minggu, tetapi orang tidak akan bisa bertahan hidup tanpa minum air satu minggu. Selain itu, banyak keperluan sehari- hari kita mau tidak mau membutuhkan air. Mandi, mencuci pakaian, mencuci peralatan masak, tidak bisa dipisahkan dengan air. Bahkan kini air menjadi komoditi atau barang dangan utama.

Pada era atau zaman Israel kuno, semasa hidup keturunan Abraham, dalam hal ini Ishak, arti air lebih penting lagi. Menguasai air akan menguasai kemakmuran. Tidak heran, mata air, dalam hal ini sumur bukan sekedar tempat air semata-mata. Sebuah komunitas atau kelompok orang yang bisa menggali tanah dan menemukan mata air, komunitas itu akan berkembang menjadi kelompok yang hidupnya sejahtera dan makmur.

Kita tahu, negeri Israel kuno dan sekitarnya lebih banyak padang gurun ketimbang daerah-daerah yang hijau. Air itu sangat langka. Menemukan sumur yang di tempat itu tersedia mata air sungguh sebuah keberuntungan besar. Air bisa untuk makan-minum. Air juga bisa mengembangkan pertanian. Itulah sebabnya, bagi siapa yang punya sumur masyarakatnya sejahtera. Sementara itu, konsekwensinya, sering terjadi konflik antar kelompok masyarakat gara-gara memperebutkan sumur.

Saudaraku, demi ketahanan hidup dan merintis kemakmuran, Ishak dan keluarga besarnya harus menjadi imigran atau pendatang di negeri Filistin. Penguasa dan masyarakat negeri Filistin terusik dengan kedatangan mereka. Ishak beserta rombongan keluarganya tidak disukai sebab mereka kompetitor. Pesaing. Datangnya mereka berpotensi merebut sumur yang ada dan itu berbahaya. Berkali-kali hambanya menemukan sumur berisi mata air, namun berkali-kali mereka harus berkelahi dengan penduduk lokal di lokasi sekitar sumur yang ditemukan. Air menjadi sumber permusuhan. Perdamaian antar masyarakat terganggu gara-gara air.

Akhirnya, Ishak dan hambanya menemukan sumur yang berisi mata air yang tidak pernah kering. Mereka menamakannya Rehoboth. Dan untuk sumur ini, tidak mencuatkan konflik dan perkelahian antara komunitas Ishak dan masyarakat pribumi di sekitarnya. Sehingga Ishak bisa tinggal aman dan tenang di lokasi itu. Dan di sanalah Tuhan memberi Ishak hidup sejahtera dan damai. Di sanalah, Tuhan memberi mereka kesempatan hidup yang sejahtera dan hidup berdampingan dengan damai bersama masyarakat sekitar.

Saudaraku, nama Rehoboth melekat pada suatu tempat pemberian Tuhan atas umat-Nya. Mereka tinggal di wilayah sumber atau mata air yang tak pernah kering. Subur dan mendatangkan kemakmuran.

Selain itu, dengan perjalanan Ishak menemukan sumur ini. Tuhan merestui segala usaha dan kerja keras, dan lihatlah hasilnya baik.

Selain itu, Tuhan memberi hati yang damai dan hidup bersama tanpa konflik. Sekaligus, mereka bisa membawa diri. Sehingga tidak berkonflik dengan pihak lain. Tidak dicemburui. Mereka bisa mengelola sumber daya alam tanpa konflik horizontal.

Saudaraku, segala aktivitas yang membawa nama Tuhan untuk kelangsungan hidup secara pribadi maupun kelompok, tidak boleh memusuhi yang lain. Aneh rasanya, membawa nama Tuhan tetapi hatinya penuh permusuhan, jiwanya tidak damai. Dan itu bisa kita lihat dalam masyarakat kita belakangan ini.

Ada pemahaman dan praktik hidup yang keliru, membawa-bawa nama Tuhan sedangkan sikapnya tidak ingin hidup damai bersama orang lain. Melihat yang berbeda dengan prasangka. Seyogyanya semakin hidup kita bersama Tuhan, semakin kita menumbuhkan benih persaudaraan dan persahabatan. Bukannya membuat orang lain takut.

Saudaraku, memasuki hari Senin dan masuk ke dalam aktivitasnya, mari berjalan bersama Tuhan. Berjalan bersamanya kita akan memetik arti hidup tenang dan sejahtera. Berbarengan dengan itu, berjalan bersama Tuhan maka hati dan jiwa kita dipenuhi hasrat hidup damai dengan orang lain.

Kita berdoa, “ Tuhan, kiranya saat kami melangkah menjalani hidup ini, selama bersama-Mu kami tidak perlu cemas. Engkau mendatangkan sejahtera dan hidup tenang serta damai.

Sertai kami hari ini dengan berkat dan kasih-Mu, Tuhan. Inilah, doa kami Tuhan. Dengarlah dan kabulkanlah. Amin.