Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, Saudaraku yang baik. Puji syukur, Tuhan mendengar doa kita dan menerima permohonan kita. Dia mengabulkan keinginan kita untuk dapat beristirahat semalam.
Firman Tuhan yang kita jadikan renungan pagi ini adalah, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. (5) Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.” Yesaya 50:4-5
Saudaraku, ada sebuah film berjudul “ the miracle of Kathy Miller”. Dibuat tahun 1981, berdasar atas kisah nyata yang terjadi di Amerika Serikat. Film ini menceritakan tentang remaja putri berumur 13 tahun. Ia mengalami kecelakaan, ditabrak mobil. Selama 10 minggu ia harus terbaring dalam kondisi koma.
Kisah ini sangat menakjubkan, tak mengherankan diberi judul “ the Miracle of Kathy Miltler, mukjizat Kathy Mitler.” Remaja putri yang menjadi korban kecelakaan itu, tubuhnya nyaris lumpuh total. Karena Kathy kehilangan sebagian kesadarannya, sehingga terhambat berkomunikasi dengan orang lain. Waktunya lebih banyak dihabiskan di ranjang perawatan. Orang yang melihatnya pasti jatuh kasihan, dan pesimis bahwa Kathy kelak bisa sembuh kembali.
Orang lain yang melihatnya hanya mengelus dada, tanda rasa kasihan. Hanya sebatas itu yang mereka lakukan. Selebihnya tidak mampu berbuat apa-apa melihat kondisi Kathy.
Tidak demikian dengan ibunya. Ibunya tidak rela anaknya tergolek lemah di atas ranjang. Ia tidak mau cuma menunggu maut menjemput. Lalu, apa yang dilakukan sang ibu buat buah hatinya? Setiap hari dan secara teratur, sang ibu berbisik di telinga Kathy. Sehari – dua hari terus tanpa lelah, sang ibu berbisik. Awalnya, tidak ada perkembangan apa-apa.
Lama- kelamaan muncul reaksi, dari yang sederhana menggerak-gerakan bagian tubuhnya. Sampai kemudian setelah sekian lama, akhirnya Kathy bisa bangun. Bangkit. Sembuh. Dan bisa berlari lagi. Ia memang atlit cabang olah raga lari. Sungguh ajaib. Ternyata, menakjubkan ”a miracle” telah terjadi.
Saudaraku, konon bisikan sang ibu yang dipakai Tuhan. Bisikan yang tekun dilakukan terus-menerus tanpa jeda, menjadi alat efektif memulihkan si Kathy. Pertanyaannya, apa yang dibisikkan sang ibu? Ternyata, sang ibu tanpa lelah, tanpa bosan lewat bisikan ia bercerita hal-hal yang bisa memompa semangat hidup. Bisikan itu berisi motivasi agar Kathy jangan putus asa. Berbagai cerita yang menggairahkan supaya dia mau bangkit. Dan hasilnya tidak mengecewakan. Suara bisikan dengan isinya yang menggugah dan memompa semangat menjadi berkat buat Kathy.
Saudaraku, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa dari sekian banyak pemberian Tuhan, Ia memberi dua organ penting. Lidah dan telinga. Lidah untuk berbicara dan telinga buat mendengar. Secara spesifik atau khusus, lidah bukan untuk mencerca orang lain. Marah. Menghina. Bukan pula untuk bergosip.
Tapi, nabi Yesaya mengungkapkan bahwa lidah bermanfaat mengangkat orang yang mentalnya terpuruk. Dipergunakan untuk merangkai ucapan yang memberi semangat bagi yang letih lesu. Lidah melahirkan kata-kata, sehingga membuat orang letih lesu bisa bangkit dan berpengharapan.
Sedangkan kita dianugrahi telinga agar kita mendengar suara Tuhan. Berfungsi membangkitkan ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Jadi, bukan untuk kita pakai mendengar suara hasutan untuk membenci orang lain. Bukan juga untuk menerima suara yang mengajak kita bertindak merugikan orang lain. Telinga untuk suara kebenaran. Yang melembutkan hati kita. Yang mendorong kita sebagai murid yang taat atas kebenaran.
Saudaraku, hidup kita kini dan masa depan seseorang ternyata sangat ditentukan oleh suara siapa dan corak isi seperti apa yang diterimanya. Dengan kita mau mendengar suara Tuhan maka akan terpeliharalah iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Dengan terbuka atas suara sesama yang menyemangati kita, akan mendorong kita berjalan ke arah yang tepat.
Dan perlu kita ingat, kita juga jangan jenuh dan lelah memberi suara yang lembut dan menyejukkan bagi orang-orang yang kita kasihi, maupun sesama kita. Niscaya suara yang baik, merdu, benar dan memotivasi, tidak akan sia-sia. Tidak akan percuma karena Tuhan menjadikannya sebagai berkat bagi kehidupan.
“Tuhan, karuniakan kami lidah yang bermanfaat bagi sesama kami. Mampukan kami menciptakan suara yang nyaman dan suka cita bagi sesama kami. Telinga kami pun terbuka untuk mau mendengar suara-Mu.
Kami juga berdoa, kiranya Tuhan memberkati hidup kami hari ini. Banyak yang letih lesu. Kehilangan semangat. Tengah meniti keputus asaan. Kehadiran dan suara-Mu membangkitkan harapan dan suka cita. Dalam nama Yesus, doa kami panjatkan. Amin.