Selamat pagi, ibu-bapak, eyang kung-eyang putri dan saudara-saudaraku yang baik. Senang sekali, Saudara semua bangun di pagi ini, memasuki pagi baru dan menyapa Tuhan dalam doa dan mendengar Firman Tuhan. Tema refleksi harian kita kali ini adalah doa yang didengar.
Firman Tuhan hari ini, ”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”
Matius 18:20
Saudaraku, pertemuan untuk pengajaran dan dipastikan di dalamnya terdapat aktivitas doa, bisa dalam jumlah beragam. Tuhan Yesus mengajar di Bait Allah, partisipan bisa mencapai puluhan orang. Pada momen lain, Dia mengajar di tengan ribuan orang. Kita sangat ingat dengan mukjizat penggandaan roti. Hadir di sana 5.000 laki-laki. Sedangkan perempuan dan termasuk anak-anak tidak ada catatan jumlah kehadirannya.
Jelas, Tuhan Yesus tidak terpaku pada jumlah tertentu. Artinya juga, ibadah dan jawaban doa pun tidak ditentukan oleh kriteria jumlah tertentu. Seolah-olah semakin banyak dan semakin besar orang yang terlibat, menentukan sebuah doa yang didengar oleh Tuhan serta menentukan mendapat jawaban atau tidak.
Beda sekali dengan aksi demo, atau pernyataan petisi menanggapi sesuatu. Semakin banyak yang mendukung demo atau petisi, semakin besar daya tekan proses pengabulannya. Demo tentu saja bukan doa. Dia tidak ditentukan jumlah orang. Lalu apa?
Menurut Tuhan Yesus, jika sebuah doa dinaikkan kepada-Nya dalam bentuk persekutuan. Maka, doa itu berangkat dari persetujuan persekutuan itu. Ada kesepakatan hati atas doa dari mereka yang hadir. Tidak heran, suka kita dengar saat Saudara atau orang lain berdoa, ada ungkapan “amin”. Tanda doa itu, “ ya dan benar”.
Sementara itu, doa kolektif atau persekutuan tidak mensyaratkan jumlah yang sah. Tidak ada jumlah minimal. Seolah-olah bila berdoa kurang dari jumlah tertentu, maka Allah tidak mendengar-Nya. Doa kolektif bukan rapat atau persidangan yang harus memenuhi kuorum jumlah tertentu.
Itulah, kemudian Tuhan Yesus berkata “dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku…” Ungakapan ini, ada yang menafsirkan itu sepertinya mencerminkan doa keluarga. Ada ayah, ibu dan anak.
Yang jelas, doa dinaikkan persekutuan kecil kepada-Nya, tidak kalah artinya dengan doa dari ribuan orang secara serentak dinaikkan Tuhan Yesus. Doa yang didengar dan dikabulkannya sebuah permintaan tidak ditentukan jumlah orang secara kuantitatif.
Saudaraku, di Jakarta ini ada beberapa gereja yang disebut mega church. Gereja yang sekali kebaktian mencapai 5.000-10.000 orang. Di Jakarta pula, kita bisa temukan gereja-gereja dengan umat yang kecil. Secara psikologis, bisa saja mega church lebih percaya diri. Atau jangan-jangan merasa superior, karena serba besar. Umatnya besar. Persembahannya besar. Kegiatan-kegiatannya besar. Sedangkan gereja dengan umat yang kecil merasa kurang percaya diri (inferior).
Suara mereka sama. Yang penting hati mereka sepakat. Itu yang utama. Jangan heran, jika suka ada ajakan doa berantai. Lalu disertai pesan agar sampai sekian juta, sehingga Allah mengabulkannya. Kita tidak sepaham di belakang konsepnya. Karena sekali lagi, doa Anda dan saya, keluarga dan persekutuan berharga di mata-Nya dan Dia berkenan mendengar dan mengabulkannya. Jadi, walau Anda sendiri secara individual berinisiatif berdoa, Tuhan kelak berkenan mengabulkannya. Dan jika kita mau dengan persekutuan yang besar, kita pun percaya Dia kelak mengabulkannya. Mari, saat menanti dalam Adven, kita bisa berdoa sendiri atau bisa dalam persekutuan. Yang kita syukuri dan amini, suara doa Anda dan kita berharga didengar dan dikabulkan-Nya.
Mari kita berdoa, Tuhan dengarkanlah suara kami, sempurnakanlah isi hati dan doa kami, agar berkenan dan Engkau mengabulkannya.
Kami bersyukur dan berterima kasih, hari ini Tuhan menyertai kami dan keluarga kami. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.