Hidup Yang Memberi Makna

Oleh Pdt. Supriatno

Bacaan: Pengkotbah 9:4

Selamat pagi, bapak-ibu, Opa-oma, mas-mbak. Selamat memasuki hari baru seluruh Saudaraku yang selalu dicintai Allah. Puji syukur, Allah tetap di samping kita memasuki hari Kamis ini. Kita patut memuji nama-Nya Yang Maha Baik.

Firman Tuhan hari ini, “Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.”

Pengkotbah 9:4

Saudaraku, singa dijuluki raja hutan. Tanda bahwa di mata binatang yang lain sangat disegani dan ditakuti. Posturnya yang tegap, taringnya yang tajam dan sifat liarnya menempatkan singa sebagai binatang buas yang menggentarkan. Yang mampu memburu dan menerkam mangsanya dengan sigap.

Lain halnya anjing. Memang untuk jenis tertentu, anjing meski tergolong binatang tidak buas, dapat menakutkan dan membahayakan juga. Nama-nama jenis anjing, seperti: herder atau pitbull, bisa menakutkan manusia. Tapi, tetap saja anjing kalah pamor oleh singa sang raja hutan.

Jika diperhadapkan antara singa dan anjing, maka anjing kalah kelas. Di kebun binatang orang akan lebih tertarik mengunjungi kandang singa daripada kandang anjing. Jelas, meski kita tidak menguraikannya, itu tanda bahwa singa lebih istimewa. Orang penasaran melihat sosoknya. Anjing bagaimanapun tetap dinilai binatang rumahan. Ada di mana-mana. Mudah ditemui. Singa selain di kebun binatang, tentunya hanya ada di hutan. Populasi atau jumlahnya pun terbatas.

Itu seumpama dua binatang itu diperbandingkan dan sama-sama dalam keadaan hidup. Singa berada di posisi punya keunggulan di atas anjing. Lalu, bagaimana jika singa itu adalah singa mati sedangkan anjingnya adalah anjing hidup?

Di mata Pengkotbah, jelas, anjing hidup lebih baik ketimbang singa, singa mati. Kehadiran anjing hidup lebih berarti daripada keberadaan singa mati. Mengapa? Singa mati itu sudah tidak bisa apa-apa dan tidak dapat memberi apapun. Yang masih tinggal pada singa mati cuma julukan dan nama besar semata, si raja hutan.

Singa mati dalam realitanya, ia sosok yang tidak dapat diharapkan lagi bisa berbuat sesuatu. Singa yang mati berarti hanya seonggok bangkai. Tidak punya auman yang bisa menciptakan ketakutan siapapun dan binatang apapun. Taring dan cakarnya tidak berfungsi.

Anjing yang hidup, apapun jenisnya jelas lebih berguna. Ada yang bisa kita harapkan darinya. Bisa diajak bermain-main. Bisa menjaga rumah. Gonggongannya tetap bisa bikin nyali seseorang ciut. Artinya kondisi masih hiduplah yang menjadikan seekor anjing masih lebih berharga.

Saudaraku, jika hal tersebut di atas, ditarik untuk kita renungkan. Maka, Anda, saya dan siapapun yang masih hidup tetap lebih bermakna daripada siapapun insan yang telah mati. Meski yang telah mati menyandang nama besar. Mengapa? Tugas mereka sudah selesai. Bagian tanggung jawab mereka sudah tuntas.

Sedangkan kita masih bisa bernafas, jantung kita masih berdetak dan organ-organ lain berfungsi dengan baik. Maka, secara potensial kita masih punya peluang dan kesempatan melakukan hal yang berguna. Kita masih bisa berkarya. Dari diri dapat lahir tindakan berguna bagi yang lain. Orang lain masih bisa menaruh harapan pada kita. Keberadaan manusia hidup tetap jauh berharga karena di mana pun kita berada masih dapat memberi manfaat.

Hal ini bukan hendak merendahkan dan mengecilkan seseorang yang meninggal. Kita tidak melupakan hal terbaik mendiang orang tua kita, misalnya. Tidak sama sekali. Terlebih lagi jika orang itu orang yang kita kasihi dan hormati semasa hidupnya. Tidak ada niatan demikian. Melainkan hendak lebih memotivasi dan meyakinkan bagi orang yang masih hidup. Yakni bersifat mengajak, “Ayo, kita masih hidup, jangan biarkan hidup kita tidak memberi kegunaan bagi siapapun”.

Mari kita renungkan. Untuk orang yang sedih dan berduka, siapa yang bisa menghibur? Orang yang masih hidup. Untuk orang yang sedang tersesat, siapa yang bisa mengingatkan dan menasihati? Orang yang masih hidup. Untuk orang yang sedang lesu, siapa yang bisa mengajak untuk bersemangat? Orang yang masih hidup. Untuk orang yang sakit, siapa yang bisa menemani dan menyuapi? Orang yang masih hidup.

Saudaraku, pendeknya selama Anda dan saya masih hidup, apapun bisa kita lakukan sesederhana apapun, sehingga menerbitkan harapan dalam hidup seseorang. Ya, betapa banyak kita bisa perbuat selama hayat masih dikandung badan. Jangan sampai hidup, sih hidup. Sayangnya, kehidupan yang tidak punya arti apa-apa. Atau, malah membebani yang lain. Marilah, saudaraku, selama kita masih diberi hidup oleh Allah Yang Maha Baik, kita manfaatkan seoptimal mungkin melakukan tindakan yang menerbitkan terang dan pengharapan bagi sesama. Kita buat hidup yang tidak sia-sia.

Kita berdoa, Tuhan ajarlah kami untuk menjadikan hidup kami berarti karena diisi dengan mampu berbuat sesuatu.

Hari ini, perkenankan kami untuk mencecap kasih-Mu yang menguatkan dan melegakan hati kami. Bagi kami yang punya kerinduan dalam lubuk hati, menyangkut diri kami masing2. Engkau yang bekerja tanpa dapat kami pahami dan selami cara yang Engkau lakukan. Kiranya Engkau berkenan merealisasikannya.

Sebentar lagi, kami memulai beraktivitas. Kami melakukan berbagai urusan kantor, bisnis, kebutuhan anak2 dan keluarga. Kiranya Engkau naungi kami dengan keselamatan.

Dalam nama Yesus, Tuhan kami, kabulkanlah doa kami. Amin.