Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menghirup udara hari baru seraya mengucap syukur kepada Allah. Dari hari Senin hingga Sabtu ini, kita dalam perlindungan-Nya yang ajaib. Refleksi hari ini kita diajak memaknai sesuatu yang kecil namun bermutu.
Firman Tuhan hari ini, ”Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.”
Hakim-hakim 7:7
Saudaraku, ada anggapan untuk mengatasi sebuah kesulitan besar, maka pemecahannya dengan merekrut dan mengerahkan orang sebanyak-banyaknya. Pendekatan kuantitas atau jumlah menjadi pilihan. Dalam hal biasapun, orang terpaku pada pendekatan jumlah. Sering saya mendapat pertanyaan, “pak pendeta, berapa jumlah anggota jemaat di sini?”. Atau, kita pun pernah bertanya model demikian. Jarang, malah rasanya belum pernah saya menerima pertanyaan, “pak pendeta, bagaimana kualitas anggota jemaat disini?”
Kuantitas atau kualitas yang Anda pilih? Jika punya anak, mending punya anak banyak atau punya cukup satu-dua yang berkualitas? Di kalangan keluarga milenial, mereka lebih gandrung punya anak satu-dua. Cukup tapi berkualitas. Anaknya disekolahkan di sekolah yang baik. Disediakan makan, makanan yang empat sehat-lima sempurna. Busana yang dikenakan modis dan indah. Sulit para keluarga muda ini merancang mau punya anak lima atau enam. Alamak! Pasti, itu tidak populer buat mereka. Dan tak terbayangkan.
Saudaraku, Israel tengah menghadapi musuh lebih hebat. Bangsa Midian, musuhnya. Bangsa itu punya kekuatan tentara 135.000 pasukan. Jumlah yang fantastik waktu itu. Jumlah yang membuat hati Gideon dan orang Israel dan jiwanya gemetar. Maka, Gideon berpikir, ia harus merekrut tentara sebanyak-banyaknya. Jumlah yang banyak harus dihadapi jumlah banyak pula, demikian pikir Gideon. Dia beranggapan jumlah tentara Israel sedikit, tentu mudah dikalahkan pihak musuh. Benarkah pendekatan jumlah itu yang paling tepat?
Di mata Tuhan, justru berbeda. Buat apa punya banyak tentara tetapi miskin pengalaman dan tidak memiliki keberanian berperang. Lagi pula, Israel tidak punya tentara sebanyak jumlah itu. Tuhan memilih kualitas daripada kuantitas. Dalam hal ini meminta Gideon menyaring tentaranya. Seleksi dilakukan. Artinya, agar yang terbaik terpilih dan yang dikirimkan ke medan perang. Allah tidak melakukan pendekatan asal banyak. Lewat penyaringan 300 orang terpilih. Dan itu jelas tentara pilihan.
Saudaraku, bagaimana 300 orang menghadapi ratusan ribu tentara musuh? Bagaikan hal yang menjurus mustahil. Kuncinya, pertama, pendampingan Allah. Kedua, tentara yang kualitasnya luar biasa. Berani. Cakap. Mampu mengendalikan diri. Karena faktor Tuhan nomor satu, lalu dilengkapi tentara yang bermutu, percaya atau tidak Israel menjadi pemenang. Hal mustahil (impossible) menjadi mungkin (possible).
Saudaraku, kita juga ingin gereja kita punya program dan kegiatan yang berkualitas. Bermutu. Tidak apa sedikit tapi mampu sesuai panggilan Allah. Program yang membuat pertumbuhan iman. Program yang memperlihatkan kesetiaan sebagai gereja. Tuhan semoga mengapresiasi pendekatan ini. Daripada banyak program dan kegiatan, tapi hanya show force (unjuk kekuatan) bahwa itu gereja besar.
Begitupun, dalam kehidupan perkawinan, jangan sampai punya anak banyak. Lalu sekolah tingkat lanjutan pun tidak selesai. Makanan pun tak bergizi. Dan anak-anak itu tidak mendapat porsi perhatian dan kasih yang memadai.
Menurut statistik jumlah orang kristen sedunia 2,3 milyar. Darri segi jumlah besar sekali, dengan harapan bermutu pula. Tapi yang jelas, 2,3 milyar orang kristen dimulai dari hanya 12 orang. Itu pun 1 desersi. Awal yang kecil, namun Allah menjadikan mereka bermutu. Kecil namun bermutu.
Kita kenal ungkapan, “Kecil tapi cabe rawit”, demikian orang bilang. Semoga kita pun jadi orang kristen yang bermutu. Kecil tapi berkontribusi bagi gereja dan masyarakat. Semoga demikianlah kita dan gereja kita.
Kita berdoa, Tuhan, kami bersyukur kebaikan-Mu menjadi bagian sehari-hari hidup kami. Kami adalah kawanan kecil namun kiranya menjadi murid-Mu yang walau kecil namun bermutu. Kami ingin memuji-Mu setulus hati.
Kami berdoa agar yang kami alami hari ini dan kami jalani bersama-Mu mendatangkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kedekatan dengan kebenaran-Mu. Yang sakit disembuhkan. Yang bergumul, dikuatkan. Kiranya menikmati kebaikan yang tak kenal ujung di sepanjang hari ini.
Seluruh doa dan harapan kami ini kami panjatkan dalam nama Yesus, Tuhan kami. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno