Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah. Dia yang memberi nafas kehidupan, sekaligus melengkapi kita dengan segenap bentuk keperluan hidup kita. Pagi ini, kita membuka mata dan merasakan betapa baiknya Tuhan atas kita.
Firman Tuhan hari ini diambil dari, “Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,” dan, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! “.
Bahan: Filemon 1:9b, Filipi 4:4
Saudaraku, bagaimana gambaran menghabiskan masa tua yang indah? Pada umumnya, orang punya konsep yakni hidup dikelilingi anak-menantu- cucu yang saling hidup rukun. Ekonomi cukup. Bisa pesiar ke tempat-tempat indah. Tubuh sehat. Dan secara rutin bertemu teman2 secara rutin, baik di lingkungan gereja atau bukan. Minimal, demikianlah yang didambakan banyak orang.
Hal itu, tentu banyak orang setuju. Masalahnya adalah bagaimana buat mereka yang memasuki masa tua tanpa dikelilingi anak cucu, ekonomi yang tetap memprihatinkan, pergi berwisata bagaikan sebuah mimpi, dan bertemu teman jarang-jarang saja. Apakah, mereka tidak punya peluang dan kesempatan bahagia?
Hari tua memang menjadi momen menikmati hidup. Kerap dikiaskan dengan ungkapan, “ senja kehidupan”. Sepenggal waktu sebelum semua memasuki akhir kehidupan. Kebanyakan orang ingin menjadikan momen itu untuk mereguk sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya hal indah.
Bagaimana masa tua yang dijalani rasul Paulus? Nampak tidak memenuhi gambaran dan suasana ideal. Masa tuanya meringkuk di penjara. Jelas sendiri dan menjalani hidup dengan sepi. Keluarga tidak punya, sahabat berada nun jauh di kota-kota lain. Ekonominya pasti jauh dari kecukupan. Sehari-hari waktunya banyak dihabiskan di lingkungan penjara.
Tapi, jangan katakan bahwa masa tua rasul Paulus cuma bergelimang kesengsaraan. Kita patut hati-hati agar tidak secara serampangan menyatakan hidupnya tidak bahagia. Karena ternyata, rasul Paulus mensyukuri hidupnya. Ia bahagia. Bahagia dapat dilihat dari sikapnya menikmati hidup (enjoy of life). Ada kegembiraan di dalamnya (joy). Salah satu ekspresi kebahagiaan adalah suka cita. Karena itu, rasul Paulus mengajak, “bersuka citalah.. sekali lagi kukatakan bersuka citalah”.
Sebaliknya, orang yang tidak bahagia tercermin pada sikap suka mengeluh dan sering tidak puas. Sebuah riset menyatakan kelimpahan materi dan standar hidup yang lebih baik, tidak menjamin kebahagiaan. Di negara maju dan makmur ternyata orang malah tinggi tingkat ketidak puasannya. Contohnya, konon di Amerika Serikat.
Kembali lagi kepada rasul Paulus. Ia malah bangga dengan masa tuanya yang berbeda sekali dengan dambaan setiap orang. Rasul Paulus bangga sebab dia terus mempunyai kekuatan memberitakan kabar baik. Hidupnya untuk Injil yang menyelamatkan.
Artinya, tindakan dan berbuat sesuatu yang bermakna buat orang lain itulah sumber hidup yang membahagiakan. Orang yang bisa memberi tanda ia merasa hidupnya sudah cukup meski secara material tidak berkelimpahan. Sebaliknya, hidup seseorang masih berkutat dalam kemiskinan jiwa, jika dalam hidupnya hanya mau menerima. Walaupun secara material berkelimpahan. Memberi kepada orang lain merupakan tanda kebahagiaan dan kekayaan jiwa seseorang.
Saudaraku, selain kita punya gambaran sendiri tentang hidup yang indah. Alangkah indahnya, jika kita menjalani hidup ini dengan berbuat hal berarti bagi orang lain. Itulah kunci kebahagiaan. Dengan demikian, hidup kita tidak dibanjiri keluhan. Tidak diwarnai ketidak puasan. Melainkan ada suka cita dan rasa syukur.
Sebagai orang yang suka nonton film. Saya sempat kaget sekali, mendengar kabar Robin William salah satu bintang film favorit saya meninggal. Kekagetan itu diikuti kekagetan lain. Yakni, ia tewas bunuh diri. Tidak diduga, dia bintang populer. Hartanya berlimpah. Namun, memutuskan mebgakhiri hidup karena perasaan tidak bahagia.
Marilah, jangan biarkan waktu yang kita jalani hari ini, terpolusi dengan ketidak puasan dan keluhan. Dalam diri kita ada modal dari Tuhan untuk berbahagia, hanya kerap manusia mencari sumber kebahagiaan dari luar.
Kita berdoa, Tuhan, kiranya kami mengelola waktu hidup kami diisi dengan kegembiraan dan rasa syukur. Dan kami menghadirkan hidup sehingga orang lain bergembira dan bersyukur pula.
Doa ini, kami serahkan kepada-Mu. Kiranya Tuhan berkenan memenuhinya. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.