Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, bapak-ibu, mas-mbak, eyang kung-eyang putri dan Saudaraku yang baik. Sejak Senin hingga Sabtu kita jalani. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah, pagi yang baru kita masuki. Semoga tidur dan istirahat malam kita menyegarkan.
Firman Tuhan untuk direnungkan, “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar”.
Yakobus 3:5
Saudaraku, sebagai manusia kita dilengkapi berbagai organ tubuh. Semuanya punya fungsi khas sendiri-sendiri. Mata untuk melihat, hidung untuk membaui, telinga untuk mendengar dsb. Sekecil apapun organ tubuh kita, Tuhan menciptakannya dengan kegunaannya. Tidak ada yang sekedar ada. Tuhan sungguh menciptakan manusia sebagai maha karya.
Begitupun organ bernama lidah. Secara fisik hanya sepotong daging. Ditimbang tidak berat. Dilihat dari sisi keindahan tidak terlihat menonjol keindahannya. Tidak ada peristiwa jatuh cinta seseorang lantaran bentuk fisik lidahnya. Namun demikian, kegunaaan dan efek fungsinya luar biasa. Dengan lidahlah, kita mencecap rasa semua makanan dan minuman. Dengan lidah pula lahir ucapan dan perkataan. Kita bisa mendengar ada lagu yang terdengar indah, pidato yang memukau, itu tidak terlepas oleh sebab ada organ lidah.
Banyak istilah yang menggunakan kata lidah. Bagi kita yang suka kuliner, maka istilah yang dipakai “memanjakan lidah”. Bagi orang yang pandai berkata-kata dan cekatan berargumentasi disebut “bersilah lidah”. Dan orang menyebut “lidah tak berulang”, karena apa saja bisa dikatakan lidah.
Berkenaan dengan fungsinya yang luar biasa, lidah terutama untuk menyuarakan ungkapan hati, keinginan, perintah dan komunikasi. Lidah bukan cuma harus dirawat, tetapi sangat penting ditata dan dikontrol. Sejak kanak-kanak, kita diajar mana yang boleh diucapkan, dan mana yang tidak boleh diutarakan. Mana yang pantas dan tidak pantas diutarakan.
Lidah yang tanpa pengendalian tentu saja berbahaya dan merugikan. Sebab, lidah itu bisa mengeluarkan ungkapan hati, perasaan dan pikiran yang merugikan relasi sosial. Sebuah pertemanan bisa rusak karena ucapan dan pernyataan yang menyakitkan. Di situ lidah bisa menjadi sumbernya. Seseorang yang karena lidahnya mengutarakan kata-kata penuh kebencian dan fitnah atas orang tertentu di muka umum. Bisa berujung di meja pengadilan karena dianggap mencemarkan nama baik.
Saudaraku, pernah di Sumatra Utara ada seorang perempuan mengeluh. Tentang alat yang dipergunakan ibadah yang menimbulkan kebisingan, eh, dinilai telah melakukan penistaan agama. Banyak yang berpendapat, keluhan si ibu minimal didengar dan dimusyawarahkan. Namun justru dia ditangkap dan diadili. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari lidah. Si ibu itu dengan lidahnya mengutarakan cuma kerisauan hatinya, ternyata menyulut polemik, pro dan kontra. Akhirnya, ia harus meringkuk di penjara.
Itu baru satu contoh. Sama suasana kehidupan keluarga dan kehidupan berjemaat dipengaruhi lidah, baik yang dikontrol maupun tidak. Lidah yang memproduksi ucapan bersahabat, keramahan, pujian akan melahirkan suasana nyaman. Sebaliknya, pernyataan serangan secara pribadi melalui kata-kata lebih banyak merugikan daripada manfaatnya. Dan sering terjadi menimbulkan konflik di keluarga maupun di gereja.
Hari ini, jaga lidah kita. Disiplinkan lidah kita. Sehingga kita menghindari ungkapan lidah kita yang bersifat mengecam, bergosip, menjelek-jelekan nama baik seseorang atau kelompok atau nada instruksi yang menyakitkan hati sesama rekan kerja. Pakailah lidah untuk berdoa dan memuji Tuhan. Pergunakan lidah kita untuk memuji orang. Memproduksi sapaan hangat. Mengeluarkan suara yang menyejukkan hati dan menentramkan emosi. Dengan demikian, lidah kita tidak seperti api yang membakar hutan. Melainkan menumbuhkan tunas-tunas persahabatan dan persaudaraan. Lidah kita tidak melahirkan ungkapan kebencian, melainkan pernyataan kelembutan dan kasih sayang.
Kita berdoa, Tuhan, kiranya kami menjalani hidup hari ini bersahabat dengan siapapun. Lidah kami tertata dalam mengeluarkan kata-kata dan ungkapan. Namun jika ada lidah orang lain yang bernada memusuhi, mampukan lidah kami membalasnya dengan ungkapan dan kata-kata berisikan kasih dan kebaikan.
Semoga akhir pekan ini, kami bisa melakukan aktivitas yang bermanfaat. Dalam Kristus, kami berdoa. Amin.