Selamat pagi, opung, ibu-bapak, dan Saudara sekalian yang baik. Kita meyakini, bahwa setiap pagi baru, kita mengecap kasih Tuhan yang selalu baru. Puji syukur kepada Tuhan, yang memungkinkan kita tidur dan istirahat semalam. Refleksi pagi ini akan mengajak kita memaknai tentang melampaui harapan.
Firman Tuhan yang menjadi bahan refleksi pagi ini, ”Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.”
Yesaya 11:1
Saudaraku, apakah kita tahu anak kita atau keturunan kita kelak jadi apa? Boleh saja, ada yang menjawab tahu. Misalnya, ada anak sejak dini disiapkan agar kemudian dalam perjalanan hidupnya menggantikan posisinya. Terutama di bidang bisnis. Lihatlah, para konglomerat di Indonesia. Para pewaris usaha atau bisnisnya adalah anaknya sendiri.
Secara umum, orang tua tidak punya gambaran anaknya kelak menjadi apa. Sebuah keluarga pemilik bisnis besar dan masuk kategori orang kaya di Indonesia. Ternyata, anak perempuannya memilih jalan hidupnya mengabdi menjadi suster katolik. Suatu pilihan hidup yang amat dekat dengan kesederhanaan. Berbakti sepenuhnya bagi pekerjaan Tuhan. Saya yakin, orang tuanya tidak menduga anak perempuannya memilih hidup kesederhanaan daripada menceburkan diri dalam gelimang kekayaan. Itulah jalan hidup. Tidak terduga (unpredicable).
Boleh jadi, pengalaman demikian juga merupakan tidak terbayangkan akan dialami oleh Isai. Isai mana tahu secara pribadi, bahwa kelak ada keturunannya akan membawa peran sangat berarti. Keturunannya langsung, Daud menjadi raja. Raja yang fenomenal dan paling populer dalam kehidupan Israel. Sekaligus memberi sumbangsih bagi kehidupan iman, yakni melalui Mazmur yang digubah.
Semula, Isai dengan beberapa anaknya paling-paling menduga, anak-anaknya jadi penggembala. Dengan harapan terbesar mereka punya kawanan domba yang banyak. Peternak sukses. Jangkauan mimpi atau cita-cita tertingginya hanya pada taraf itu. Tetapi, pemberian Allah ternyata melampaui harapan manusia. Hal yang tidak mustahil itu juga bisa dialami Saudara. Orang tua Saudara sudah bangga jika Saudara menjadi guru yang baik. Itu cukup. Ternyata yang diberikan Tuhan atas Saudara posisi Guru Besar, alias profesor. Sungguh kasih Tuhan tidak terbayangkan. Anugerah yang melampaui harapan orang tua.
Saudaraku, Firman Tuhan memakai istilah tunggul. Sebuah pohon yang ditebang, maka masih tersisa batangnya sekaligus masih punya akar. Tunggul itu, sisa penebangan pohon. Jarang orang memanfaatkan tunggul. Karena tidak menyimpan bagian kayu yang masih bisa digunakan. Sisa tebangan tak terpakai. Biasanya teronggok membusuk. Istilah itu, dipakai untuk Isai. Seolah-olah tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari garis keturunan Isai. Ternyata, tunggul itu bertunas. Muncul tidak terduga tunas baru. Tunas kehidupan (taruk). Dari sanalah tunas kehidupan itu berkembang. Dan Yesus Kristus berasal dari tunas baru itu. Jadi, keluarga Isai punya kaitan asal silsilah Yesus Kristus yang lahir di Betlehem.
Tentu, Isai tidak pernah menduga. Anaknya bernama Daud menjadi raja yang amat membawa perubahan kehidupan Israel. Dengan segala kekebihan dan kekurangannya, Daud merupakan raja yang populer. Dan kini, Yesus Kristus, yang mengubah seluruh kehiduoan manusia dan semesta. Dia yang datang dengan tidak bisa dipisahkan dengan silsilah Yesus dengan keluarga Isai.
Saudaraku, kita juga tidak tahu kelak anak-cucu kita bahkan pada generasi lebih jauh lagi, apakah itu cicit kita. Baik dari kita langsung maupun dari Saudara dalam ikatan keluarga, yang mencatatkan nama besar dalam perjalanan dunia ini. Saya yakin, alm. Bpk. Notomihardjo dan ibu Sujiatmi Notomiharjo sama sekali tidak pernah menduga dan bermimpi bahwa kemudian dari perkawinan mereka lahir putra bernama Joko Widodo, yang menjadi Presiden RI dua periode, yang banyak dicintai rakyat yang dipimpinnya.
Di sinilah, misteri kehidupan yang manusia terbatas mampu membaca dan mengetahuinya. Tugas kita adalah mengelola keluarga sebaik-baiknya. Dan hidup dekat dengan Tuhan dengan setia. Sekaligus kita menyerahkan diri sepenuhnya perjalanan kita dan keluarga kita kepada Allah, agar kelak ada bagian keluarga kita yang tercatat dalam sejarah kehidupan dengan nama indah.
Selain itu, yang tidak kalah penting saat ini. Ada yang kita kerjakan, pada satu sisi sangat berarti di depan Allah. Pada sisi lain, orang tua kita, entah masih hidup atau telah mendahului kita, mereka tersenyum di sana. Karena Allah menganugerahkan keturunannya peri kehidupan yang jauh lebih indah dari yang dimintanya kepada Tuhan.
Kita berdoa, Tuhan, Engkau memberi dan mengabulkan permintaan orang tua kami dan kami sendiri, melebihi yang kami minta. Ajar kami menerima dengan syukur dan bangga bersama Tuhan.
Tuhan sudah mendengar segenap harapan dan doa kami semua. Engkau sungguh baik, dan selalu Maha Baik. Berkati juga orang-orang yang Tuhan berkenan. Kiranya mereka sehat, aman dan bersuka cita. Doa ini, kami panjatkan dalam nama Yesus, Juru Selamat kami. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno