Oleh Pdt. Supriatno
Bacaan: Yeremia 1:6
Selamat pagi, bapak-ibu, mas-mbak, eyang kung-eyang putri dan Saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah, pagi yang baru kita masuki. Semoga tidur dan istirahat malam menyegarkan kita.
Firman Tuhan untuk direnungkan, “Maka aku menjawab: “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.”
Yeremia 1:6
Saudaraku, karya- karya pencapaian peradaban yang mengubah hidup ini, berawal dari sikap para penemunya. Mereka merasa yakin bahwa apa yang akan mereka buat, kelak bisa jadi kenyataan. Keyakinan ini disertai tekad, kegigihan dan sikap pantang menyerah.
Kita ambil salah satu contoh, pesawat terbang. Jelas, pesawat terbang merupakan pencapaian peradaban yang sangat mengubah kehidupan. Hilir mudik manusia dari satu negara ke negara lain, dari satu lokasi ke lokasi, bisa ditempuh sangat cepat dan nyaman. Dari Jakarta ke London, tidak perlu butuh waktu berminggu-minggu. Dari Bandung ke Papua, dalam hitungan 4-5 jam bisa sampai di sana.
Penemunya Wright bersaudara mendapat inspirasi dari burung yang terbang. Mereka berkeyakinan jika burung bisa terbang, kelak manusia pun bisa. Dari sanalah, mereka membuat eksperimen. Coba-gagal lagi (trial and error). Dengan kegigihan dan keyakinan bahwa tidak mustahil mereka bisa mewujudkan mimpi mereka. Terbukti benar. Dimulai dari pesawat terbang sederhana yang bisa terbang sejauh 250 meter dengan waktu temouh 59 detik.
Saudaraku, Yeremia merespon penunjukkan Allah justru dengan pernyataan sikap tidak mampu. Sang nabi sadar, pekerjaan seorang nabi harus dilengkapi kemampuan pandai berbicara dan usia yang telah mapan. Sedangkan dia sendiri tidak memenuhi standar harapan manusia waktu itu. Dia tak fasih berbicara dan masih muda.
Bagaimana ia mampu mewujudkan tugas kenabiannya? Dia tidak disertai modal awal yang optimis. Padahal, kita suka beranggapan, seseorang yang menanamkan pada dirinya tidak punya kompetensi. Justru benarlah, ternyata dia gagal dan tidak mampu.
Saudaraku, kekurangan pada diri Yeremia berupa tidak ada sikap dan watak yang optimis. Syukurlah, ternyata Tuhan melengkapinya. Dengan apa? Allah “menjamah mulut “ Yeremia. Allah membuat Yeremia bisa menghilangkan keraguannya. Karena Allah menaruh perkataan-perkataan-Nya ke dalam mulut Yeremia.
Artinya, apa yang dikatakan Yeremia benar-benar suara Tuhan, bukan suara manusia. Dengan demikian, Yeremia punya wibawa dan akan dihormati pesan kenabiannya.
Saudaraku, tugas seorang nabi tidak mudah. Dicemooh, dianiaya dan menjalani hidup dalam kesendirian. Tugasnya “mencabut dan merobohkan”, terutama kebiasaan buruk dan perbuatan umat yang tercela, bisa menuai perlawanan. Dari dulu hingga kini, orang tidak mau kebobrokan hidupnya diusik. Ada reaksi balik bersifat penentangan.
Di sinilah pentingnya kegigihan. Tidak cepat kapok jika karena memenuhi panggilan Allah malah dibenci. Kita tahu ini tidak mudah, karena manusia lebih senang diterima daripada ditolak.
Jika tadi, nabi Yeremia ditugaskan mencabut dan merobohkan, seiring dengan itu dia diminta “membangun dan menanam”. Membangun kebiasaan baik dan menanam benih perilaku terpuji pada hati umat.
Saudaraku. Bagaimanapun hal itu juga menjadi bagian tugas kita. Yakni kita pun musti membangun karakter baik dan menanam watak terpuji. Seorang ibu atau bapak berkata pada anaknya, “nak, ayo bilang terima kasih kamu sudah diberi sesuatu!”. Sesungguhnya, kita sedang membangun watak tahu menghargai pemberian orang lain.
Atau, ungkapan, “nak, ingat kamu, ya. Kesuksesan kamu tidak terlepas pertolongan Tuhan. Kamu harus selalu dekat Tuhan, lho.” Itu, kita tengah menbangun watak bahwa Tuhan sangat berperan dalam sebuah kesuksesan. Begitu juga, dengan nasihat, “kamu jangan putus asa. Masih ada hari esok.” Itu ajakan membangun mental yang tidak cepat putus asa menyikapi kegagalan.
Saudaraku, pesan untuk “merubuhkan dan mencabut”, seiring dengan itu “membangun dan menanam”. Tidak hanya porsi tanggung jawab nabi Yeremia waktu itu. Tetapi juga hal itu merupakan tanggung jawab Anda dan saya untuk melaksanakannya. Semoga Allah menopang kita.
Tuhan, semoga di hari Jumat ini, kami bisa menikmati hari baru dengan tetap mencintai Saudara, ayah-ibu, keluarga dan sesama. Kami dapat menjalankan aktivitas yang bermanfaat.
Semua doa ini kami mohon dalam Kristus, kami berdoa. Amin.