Oleh Pdt. Supriatno
Bacaan: Yohanes 1:38b-41
Selamat pagi, bapak- ibu dan Saudara-saudaraku yang baik. Malam telah berlalu, pagi baru pun tiba. Kita mengucap syukur Tuhan tetap mendampingi kita di hari yang baru.
Firman yang menjadi landasan renungan diambil dari Yohanes 1:38b-40, “Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” (39) Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. (40) Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus.”
Yohanes 1:38b-40
Saudaraku, banyak orang ingin menjadi tokoh besar. Sekaligus diakui punya peranan besar. Keinginan yang lumrah. Pendeta pun ada yang ingin menjadi pendeta terkenal dan bereputasi besar. Tokoh besar dan terkenal sungguh menjadi idaman.
Tentu, itu bukan ‘keinginan terlarang’ dan bertentangan dengan etika kristen yang kita hayati. Bacalah Alkitab, adakah larangan keras bagi seseorang menjadi terkemuka dan bisa memberi andil besar buat kehidupan gereja dan masyarakat.
Sadaraku, orang kristen boleh dan direstui bila dalam dirinya terungkap keinginan kuat punya kontribusi besar. Terutama bagi kehidupan Gereja atau masyarakat. Menonjol bukan merupakan hal aib atau noda.
Tuhan Yesus tidak melarang murid-Nya menjadi yang terbesar. Yang Dia ingatkan adalah model dan cara menjadi besar. Bagi Tuhan Yesus kebesaran nama yang diperoleh lewat melayani, itu yang ideal. Namun, sekali lagi, menjadi terbesar dan menonjol sah-sah saja.
Saudaraku, Andreas adalah nama murid paling pertama. Dialah yang paling dulu tahu tempat tinggal Tuhan Yesus dan mengunjunginya. Namun, harus diakui pamor namanya tidak setenar Saudaranya, Simon Petrus. Namanya jarang mencuat. Beda dibandingkan Petrus dan Yohanes.
Peranan Andreas dalam Alkitab biasa-biasa saja. Namanya tidak sering disebut. Kita ingat dialah yang memberitahu Tuhan Yesus bahwa ada anak kecil yang membawa roti dan ikan. Itupun, disertai ketidak yakinan bahwa bekal anak kecil itu bisa memberi andil untuk 5000 orang.
Bagaimanapun, Andreas lepas dari perhatian. Namanya kurang disebut. Pada saat peristiwa-peristiwa penting yang dilakukan Tuhan Yesus, namanya luput dari publisitas.
Meskipun perannya biasa dan seolah-olah bagaikan figuran. Tetap sebagai murid Tuhan, apalagi yang paling pertama, Andreas punya tempat tersendiri di hati Tuhan Yesus. Ia banyak melakukan fungsi memperkenalkan. Ia memperkenalkan Petrus pada Yesus. Sang anak pembawa roti dan ikan, Andreas pula yang memberitahukan keberadaan anak pembawa roti dan ikan kepada Yesus.
Saudaraku, jika faktanya kita tidak terkenal. Dan dirasa-rasa perannya biasa-biasa juga. Kita tidak perlu kecil hati. Sama, bila sebagai pendeta tidak seterkenal pendeta tertentu, tidak perlu kurang percaya diri.
Saudaraku, tidak sedikit orang yang hanya cari nama. Haus publisitas, baik di lingkungan gereja maupun masyarakat. Terlihat pada dengan bangga namanya selalu ada dalam kepanitaan. Sayangnya, pelaksanaan tugas kepanitiaan diabaikan.
Saudaraku, nama kita bisa saja tidak melambung di ruang publik. Tidak dikenal presenter televisi. Perannya belum masuk media massa. Karena posisi dan peran kita sungguh biasa. Namun, ingatlah Tuhan Yesus tidak lupa dan Ia mencatat nama kita. Karena meski sederhana, kita tetap berkarya.
Kita berdoa, Tuhan, Engkau ingat dan tetap mencatat nama kami satu persatu, meski kami tidak terkenal. Ajarlah kami berkarya sesederhana apapun.