Memberi Manfaat

Oleh Pdt. Supriatno

Bacaan: Yeremia 29:7

Selamat pagi, bapak-ibu dan Saudara-saudaraku yang baik. Kesehatan adalah hal yang berharga dan mahal. Puji syukur kepada Allah, pagi ini Dia menganugerahkannya atas kita. Meski ada di antara kita yang sakit, kita pun tetap memuji nama-Nya. Karena kita tidak kekurangan cinta dan kebaikan-Nya.

Saudara-saudara Firman yang hendak kita refleksikan, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”

Yeremia 29:7

Saudaraku, apa yang kita miliki dan kelola saat ini tidak selalu hasil pilihan kita. Bahkan, ada yang mutlak bukan pilihan kita. Kita tidak bisa memilih siapa ayah kita dan ibu yang melahirkan Anda. Jika boleh memilih, pasti ada saja saja yang dilahirkan dari rahim ratu, istri presiden, bintang tenar, atau ibu yang sangat mecintai.

Demikian pula, kita tidak bisa memilih di mana kita dilahirkan. Barangkali, ada yang ingin dilahirkan di kota besar dunia. Apakah itu, Paris, London, Singapur. Di kota yang serba lengkap peralatannya dan dokter yang hebat. Dan bangga di KTP lahir di Paris daripada di kota kecil.

Termasuk lahirnya kapan. Konon, bayi-bayi mempunyai nama sanitier. Kita dapat menebak bahwa mereka lahir di masa pandemik. Jika bisa memilih, bayi-bayi itu minta dilahirkan di masa tenang. Sebab prosesnya serba repot dan menakutkan.

Saudaraku, umat pilihan Allah selama ratusan tahun hidup dalam pembuangan. Jelas, sudah beberapa generasi lahir di negeri orang. Generasi itu lahir dan tanpa bisa mengajukan permohonan di mana mereka ingin dilahirkan. Itu mustahil.

Umat pilihan Tuhan disarankan Firman Tuhan agar daripada cuma berangan-angan bisa hidup di negerinya. Sambil meratapi nasib dan mengisi hidup dengan mengeluh. Lebih baik, mereka memfokuskan diri melakukan hal bermanfaat di negeri pembuangan.

Selanjutnya berdoa untuk negeri yang sekarang mereka pijak. Membangun negeri itu. Sebab, dengan negeri itu sejahtera, pasti membuat mereka pun sejahtera. Dengan melakukan itu, jelas-jelas tindakan paling terpuji. Jika tidak, umat Tuhan akan menghabiskan waktu sia-sia. Mengeluh dan meratapi Dan mereka akan makin tenggelam dengan sesal. Dan itu, merusak suka cita dan kebahagiaan mereka.

Lalu, apa artinya?
Saudaraku, jika Anda dan saya dilahirkan bukan atas dasar pilihan keinginan kita. Bukan berarti kita protes. Waktu tidak bisa ditarik mundur. Daripada mengeluh dan meratapi yang jelas-jelas tidak ada manfaatnya. Maka, lebih baik terima dan syukuri. Dengan lapang dada. Kita malah termotivasi membuat di mana sekarang kita hidup, kita kerahkan cinta atasnya.

Saudaraku, kita lahir di negeri tercinta ini, juga bukan pilihan kita. Tapi, bukan karena pilihan, kemudian menjadi alasan tidak mendoakan kota ini dan menyejahterakan kota yang sekarang kita tinggal.

Dalam hidup memang kita banyak melaksanakan tugas atau tanggung jawab yang ditaruhkan ke pundak kita. Ada orang yang tidak bahagia karena melakukannya secara terpaksa. Tidak suka mengerjakan apa yang bukan pilihannya.

Tentu, sulit jika ingin maunya semua berdasarkan pilihan kita sendiri. Di kantor, di sekolah, bahkan di jalan kita mau tidak mau mengerjakan keputusan para pimpinan kita. Di traffic light, kita hanya patuh terhadap warna yang mengatur kita. Justru, jika lampu lalu lintas hijau , lalu kita diam saja sesuai dengan pilihan kita. Bisa berabe. Klakson dari mobil lain bisa memekakkan telinga.

Saudaraku, memang ada hal-hal yang kita kerjakan merupakan pilihan kita secara mandiri. Kita menikah dengan pasangan hudup kita, kita kuliah di jurusan yang pilih sendiri juga. Tentu membahagiakan.

Sekali lagi, jika apa yang ada di depan kita bukan pilihan kita, namun tapi hal itu memberi manfaat bagi orang lain, atau kota di mana kita hidup. Kita mau melakukan apa yang Tuhan ingin. Mengerjakan dengan semangat dan hati suka cita.

Kita berdoa, Tuhan kuatkan dan mampukan kami bekerja sungguh-sungguh untuk kesejahteraan kota kami. Amin.