1 Yohanes 4:7-8
Belakangan, banyak pengguna internet membagikan percakapan seolah-olah telah berkomunikasi dengan salah seorang aktor/aktris. Tak kalah banyak juga yang beramai-ramai berkomentar menuliskan bahwa itu adalah hoax. Memang rasanya bangga jika dapat mengenal sosok terkenal, tetapi tidak sampai harus melakukan kebohongan dengan mereka-reka chat supaya akhirnya menjadi viral. Mungkin saja jika ada bukti foto atau video maka akan ragu diduga sebagai hoax.
Ketika seseorang telah memberi pernyataan kenal dengan sosok terkenal maka mesti dibuktikan. Lantas bagaimana dapat dibuktikan saat dikatakan manusia telah mengenal Allah? Tentu saja lebih sulit dipercayai, sebab Ia tak nampak secara fisik dan tidak bisa dibuktikan melalui chat, foto, atau video dengan-Nya.
Penulis surat 1 Yohanes menerangkan bahwa pengenalan Allah berkaitan dengan tindakan mengasihi. Satu-satunya bukti manusia telah mengenal Allah adalah menjalin relasi dengan sesama yang penuh kasih. Hal ini merupakan bukti dan jaminan bahwa Allah dikenal oleh mereka. Meski Allah tak dapat dilihat secara nyata, tetapi bukti konkret mengenal-Nya dapat dilihat. Barangsiapa mengasihi berarti telah mengenal Allah, sedangkan tidak mengasihi berarti tidak pernah mengenal Allah.
Latar belakang perikop ini ialah penulis surat merasa prihatin akan keadaan jemaat yang sudah mulai melupakan ajaran Injil yang pertama kali didengarkan. Ia lalu mengajak supaya umat kembali kepada dasar iman yang semula. Ia berharap pengenalan akan Allah dapat membawa kepada kesadaran untuk mengasihi sesama.
Seperti keadaan jemaat di dalam perikop ini, meskipun telah mendengar berita tentang kasih Allah, tetapi manusia mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk tidak mewujudkan kasih. Ketika dikatakan mengasihi Allah, tetapi mengabaikan orang yang membutuhkan pertolongan padahal mampu untuk menolongnya, maka itu adalah hoax.
Penyebab langkah terhenti untuk melakukan kasih ialah keegoisan. Ada rasa tak mau rugi dan tak mau berkorban bagi orang lain. Lawan dari orang baik itu bukan orang jahat, melainkan orang egois. Orang baik akan bertindak aktif bagi sesama, tetapi orang egois hanya akan diam ketika melihat derita sesamanya. Orang baik ke mana pun matanya memandang, telinganya mendengar, kakinya melangkah, hatinya peka, dan mudah merasa prihatin ketika melihat sesamanya susah. Ia mampu merasakan bagaimana keadaan orang lain. Akan tetapi, orang egois, mau ke mana pun, mau apa pun yang didengarnya, mau bagaimanapun susahnya orang lain menganggap bahwa itu merupakan tanggung jawab mereka, bukan menjadi urusannya.
Pengenalan akan Allah memotivasi diri kita agar serupa dengan-Nya. Kita dengan rendah hati mau mengasihi, karena Ia penuh kasih. Kita mau menolong, karena Ia juga penolong. Kita mau memberi, karena Ia juga suka memberi. Melalui dua ayat ini, orang Kristen diminta untuk benar-benar mempraktikkan kasih. Kehadiran kita ialah untuk menjadi orang baik dengan saling menolong, bukan menjadi orang yang egois dan saling apatis. Allah memperkenankan kita ada dalam dunia ini agar kehidupan bisa bermakna bagi lingkungan sekitar. Kiranya kita yang mengenal kasih-Nya mau menjadi pelaku kasih. (JST)
Pertanyaan Pendalaman:
- Ceritakanlah bentuk kasih Allah yang Saudara pernah alami dan rasakan.
- Apa yang menjadi alasan sehingga manusia sulit mengasihi sesamanya?