Pdt. Supriatno
Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa dan saudara-saudaraku yang baik. Kita memuji Tuhan di pagi baru, di akhir pekan. Tuhan begitu setia mendampingi dan memelihara hidup kita sejak Senin hingga kini. Refleksi kali ini akan mengangkat tema menghadirkan keindahan.
Firman Tuhan diambil dari, ”Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan.
Ayub 14:2
Saudaraku, bunga adalah salah satu ciptaan Tuhan yang mempesona. Ada yang lantaran keharumannya, seperti mawar, melati. Bisa juga karena bentuk dan warnanya, taruhlah misalnya bunga kemboja, bougenvil. Atau karena kelangkaannya, bunga bangkai contohnya. Teramat mudah kita menemukan bunga, dan umumnya melekat dengan keindahan. Tidak heran bunga dipakai untuk mengungkapkan cinta, “say love with flower’.
Siapapun tahu, termasuk Anda dan saya, masa keindahan bunga itu pendek waktunya. Bunga mawar sejak kuncup hingga layu bertahan 1-2 minggu. Bunga bangkai bertahan memekar selama 7 hari. Padahal tidak setiap tahun ia memekar.
Orang bisa mengatakan, “bunga jenis tanaman yang indah, sayang masa mekarnya pendek”. Atau bisa diungkapkan lebih optimis dan positif, “meskipun masa mekarnya pendek, bunga sudah menghadirkan keindahan”. Kedua ungkapan itu bisa saja dipakai. Hanya yang tidak bisa disangkali, betapa singkat masa memekarnya.
Saudaraku, manusia digambarkan hendaknya belajar pada bunga. Betapa singkat masa hidupnya. Saking singkatnya, manusia cepat berlalu dari pentas dunia ini. Ungkapan ini bisa mengandung rasa pedih dengan singkatnya kehidupan. Namun, bisa juga dimaknai, mengingat singkatnya hidup maka ciptakanlah keindahan, sebelum hidupnya berlalu. Selalu menghadirkan keindahan dalam hidup kita.
Di Canada pernah hidup seorang pemuda yang terus dikenang oleh banyak orang. Namanya Terry Fox. Ia diserang sakit kanker, dan ia ingin mengubah kesadaran bahaya kanker. Ia berlari marathon, yang disebut Marathon of Hope. Dengan kaki yang diserang kanker sehingga kehilangan kaki kanannya, ia berlari keliling Canada. Setelah 3.339 km ia berlari dengan kaki yang utuh cuma satu, ia harus berhenti. Lantaran kanker telah menyerang paru-parunya.
Ternyata, rakyat Canada tersentuh. Tindakan Terry Fox berdampak. Rakyat Canada tergugah untuk mendukung berbentuk donasi buat penelitian dan pengobatan kanker. Jerih lelah yang luar biasa diganjar oleh apresiasi rakyat Kanada. Donasi mencapai 20 juta US dollar. Angka luar biasa. Terry Fox sendiri tidak bisa berumur panjang. Ia meninggal karena kanker dalam usia muda, 22 tahun. Terlalu pendek untuk sebuah kehidupan (too short to life). Namun, ia telah menghadirkan keharuman atau keindahan buat kehidupan.
Saudaraku. Usia Yesus Juru Selamat kita masuk kategori muda, 33 tahun. Meski demikian, kedatangan-Nya ke dunia membawa karya abadi, yakni keselamatan. Pendek hidupnya tapi panjang dampaknya, yakni sepanjang usia kehidupan manusua dan alam semesta ini.
Alangkah bersyukurnya, jika kita bisa panjang umur. Namun, ada hal pokok atau esensial yakni sepanjang dan selama mungkin jugalah kita harus membawa keharuman atau keindahan sosok keberadaan kita. Tentu, tidak mudah kita menyamai apa yang dilakukan Terry Fox. Tapi, tiap orang punya kemampuan untuk menciptakan kehidupan yang indah. Sesuai di mana dia hadir. Saudaraku, Kita pada dasarnya punya waktu dan kesempatan pendek. Hal ini berarti masih tetap ada kesempatan untuk menjadikan harumnya kehidupan. Jangan sampai layu atau mandat kehidupan berakhir, kita belum juga mekar.
Kita berdoa, Tuhan, memang hidup kami singkat bagaikan bunga. Meskipun demikian, dengan singkat itu kami bisa hadir dengan keharuman dan keindahan laksana bunga.
Kami pun berdoa buat anak-anak serta mereka murid sekolah minggu dengan para guru dan pengurusnya. Semoga masa pandemi yang lama ini, mereka bertahan dan tetap bersuka cita. Dimampukan mengatasi kebosanan dan kejemuan. Buat orang tua, mereka pun dimampukan mendampingi dan membimbingnya. Seluruh doa ini, kami naikkan dalam nama Yesus, Juru Selamat kami. Amin.