Tetap Saudara Kita

Oleh Pdt. Supriatno

Bahan: Matius 1:5-6

Selamat pagi, seluruh Saudaraku yang baik. Kita patut bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan. Hanya karena Dia jantung kita masih berdetak, paru-paru kita masih bernafas, panca indra kita masih bekerja dan organ tubuh yang lain tetap berfungsi. Itu tanda nyata, betapa baiknya Tuhan. Sekaligus kita masih dipercaya Tuhan melanjutkan kehidupan.

Firman Tuhan yang hendak kita renungkan berbunyi, “Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, (6) Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,”

Matius 1:5-6

Saudaraku, setiap manusia hadir di dunia ini pasti punya silsilah keluarga. Anda dan saya atau siapapun pasti tahu anak siapa. Tidak mungkin kita ada di dunia ini ujug-ujug. Setiap sosok manusia punya ‘pohon keluarga’.

Lewat silsilah keluarga seseorang tahu keturunan siapa dan dari mana asalnya. Pada umumnya, silsilah ditarik dari garis ayah. Sehingga nama laki-laki yang dominan. Tradisi ini tidak hanya berlaku di suku-suku yang ada di Indonesia, melainkan juga di Israel. Dari garis ayahlah ditarik silsilah keluarga itu.

Demikian juga Yesus yang lahir ke dunia. Ia pun punya silsilah. Meski Ia dikandung Roh Kudus, karena lahir dari Maria seorang manusia. Maka, Yesus punya posisi dalam mata rantai keluarga. Ayat firman Tuhan di atas merupakan penggalan silsilah keluarga Yesus.

Orang kristen bisa kaget, saat melihat dan kemudian mengetahui silsilah keluarga Yesus. Kenapa itu gerangan? Yaitu, karena injil Matius memasukkan adanya 4 orang perempuan. Ini tidak lazim. Di luar kebiasaan tradisi waktu itu. Selain, ternyata beberapa perempuan punya catatan pribadi yang secara moral kurang baik.

Aneh sekali. Perempuan dimasukkan dalam silsilah keluarga Yesus. Dan betapa beraninya Matius memasukkan perempuan-perempuan yang punya latar belakang ‘cacat moral’. Tamar, misalnya, nama perempuan yang demi kepentingan pribadi, tanpa malu berpura-pura jadi Pelacur kuil. Rahab, kita tahu siapa dia. Dia seorang perempuan prostitusi. Istri Uria kita pun tahu siapa dia. Dia adalah Batsyeba. Kita lebih tahu lagi perilakunya. Sedangkan Rut, dalam dirinya tidak mengalir darah asli orang Israel.

Saudaraku, penulis injil Matius memasukkan perempuan beserta catatan pribadi masing2, bukan untuk main-main. Bukan pula hendak merendahkan keluhuran Yesus. Justru, silsilah keluarga itu mengandung hal mulia. Pertama, Yesus tidak bisa dipisahkan kehadirannya dengan perempuan. Jadi, keagungan mata rantai silsilah Yesus mengandung pengakuan keagungan perempuan. Sosok perempuan tidak direndahkan. Ia punya posisi sama dan setara dengan pria.

Sedangkan catatan moral yang melekat pada perempuan yang berada dalam silsilah keluarga itu, tidak kalah mulia kandungan artinya. Dalam hal ini, sosok Yesus tidak terlepas dari mata rantai keluarganya yang semasa hidupnya, mereka tidak luput dari hal keberdosaan. Allah melibatkan orang berdosa dalam karya sejarah keselamatan kehadiran Yesus. Allah merangkul orang yang tidak sempurna. Jadi, keluarga dengan segala keterbatasannya. Keluarga dengan segala kelemahannya.

Saudaraku. Refleksi kita hari ini berarti, kasih kita kepada keluarga tidak boleh terhenti hanya karena mereka tidak sempurna. Jangan malu mengaku bagian keluarga tertentu, meski dalam keluarga itu ada sosok yang di mata sesama tidak sempurna. Di Alkitab, kita menemukan Allah merekrut orang yang bekerja untuknya memiliki ketidak pantasan di mata manusia. Kita ingat contohnya, Jefta. Preman yang menakutkan. Gaya hidupnya dihabiskan bersama lingkungan perampok. Lahir bukan dari perkawinan yang sah. Ternyata, Allah memakainya menjadi hakim di Israel.

Memasuki Awal pekan ini, kita didorong mencintai keluarga kita. Keluarga dengan banyak kelebihan dan sederet hal yang membanggakan. Tapi di tiap silsilah keluarga pasti punya kelemahan masing-masing. Ada yang bandel. Ada yang berwatak pemberontak. Ada yang malas ikut persekutuan. Ada yang tidak jujur. Ada yang tukang nilep uang, walau uang itu milik saudara sendiri. Ada yang bodoh. Ada yang gagal rumah tangganya. Dan masih banyak lagi.

Memang bisa jadi tidak membanggakan mengakui mereka sebagai bagian keluarga dan saudara kita. Meskipun mereka tidak sempurna, kita ingat mereka bagian silsilah keluarga kita. Dan jangan mereka dihapuskan dari daftar silsilah keluarga cuma lantaran dianggap kurang berkenan di mata manusia. Kita harus tetap mencintai mereka. Sebab, mereka tetap saudara kita. Apapun kekurangannya. Ingatlah silsilah keluarga Yesus di sana pun terdapat orang-orang yang tidak sempurna. Alkitab pun tidak menutup-nutupinya bahwa dari bagian silsilah keluarga Yesus ada anggota dengan segala kekurangannya.

Kita pun musti sadar, bahwa diri kita pun tidak sempurna. Sehingga memasuki hari baru jangan menghentikan cinta kasih di antara saudara dan anggota keluarga. Sebaliknya makin dikuatkan. Hubungan kekeluargaan tetap terjaga.

Kita berdoa, “Tuhan berkatillah kehidupan kami di awal pekan ini. Karuniakan kami tetap menjaga relasi cinta kasih dengan orang-orang yang kami cintai. Membangun silaturahmi keluarga. Kiranya langkah kami senantiasa dalam lindungan-Mu.

Kami berdoa agar di sepanjang hari ini, langkah kami terarah kepada hidup yang menghormati Tuhan. Seiring dengan itu menjabarkan kasih sayang buat mereka yang sakit dan butuh bantuan. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.