Mulai Dari Yang Kecil

Oleh Pdt. Supriatno

Bahan: Lukas 16:10

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Tuhan itu baik, Ia telah menemani kita melalui malam dan kita menikmati istirahat dengan selamat. Dan memasuki akhir pekan. Puji Tuhan.

Firman Tuhan yang kita jadikan landasan renungan, Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

Lukas 16:10

Saudaraku, setiap orang gandrung mendapatkan atau memiliki sesuatu dengan ukuran besar. Rumah besar. Gereja besar. Prestasi besar. Gaji besar. Negara besar. Termasuk mendapat kepercayaan besar dari pihak lain. Hal besar itu sangat disukai. Sebab, ukuran yang bersifat besar menunjukkan siapakah kita ini. Punya rumah besar, tanda sebagai orang kaya. Gereja besar menunjukkan pertumbuhan gereja yang membanggakan. Gaji besar menjadi bukti posisi baik seseorang dalam pekerjaannya.

Sebaliknya, yang kecil dalam hal tertentu kurang diminati. Coba saja, siapa yang mau bekerja ditawari gaji kecil? Begitu juga, orang tidak mau punya rumah kecil. Karena merasa kehilangan rasa nyaman. Ruang tamu pun bisa berubah jadi gudang penyimpanan barang. Prestasi kecil, menandakan pencapaian yang kurang greget. Tidak berarti lantaran tidak bisa mengkatrol popularitas diri bagi yang senang sorotan publik.

Mengingat hal kecil berkesan kurang greget, maka hal itu mengakibatkan seseorang atau orang banyak mengabaikan hal tersebut. Padahal, hal besar itu tidak ujug-ujug. Tidak juga jatuh dari langit. Orang bergaji besar, pasti dilatar belakangi kecakapan, prestasi, keseriusan kerja, lebih dahulu. Orang bergaji besar awalnya dari bawah. Gaji kecil dulu. Baru karena itu didukung komptensi dan kesetiaan, lama kelamaan merangkaklah posisi dan gajinya. Jadi, mulai dari kecil dulu. Karena itu, jika ada orang mencari kerja dan langsung minta gaji besar. Itu sudah keliru dari segi prinsip.

Lihatlah, contoh menarik jenjang karier Jokowi. Mulai dari kota ‘kecil’ dulu. Karena berprestasi, jujur dan pekerja keras. Orang percaya, dipilihlah dia sebagai gubernur. Setelah itu karena konsisten dengan prestasi dan kepribadiannya yang baik, terpilih jadi presiden. Bahkan sampai dua periode. Bandingkan, dengan yang belum pernah meniti karier dari walikota, gibernur. Lalu langsung ingin jadi presiden. Gagal dia. Karena orang belum melihat kesetiaannya dalam menunaikan tugas dari yang ‘kecil’ dulu.

Saudaraku, tepatlah yang dikatakan Firman Tuhan. Allah akan memberi kita hal-hal besar, jika kita sudah membuktikan setia dalam perkara-perkarw yang kecil. Jika yang kecil diabaikan, dan disepelekan. Itu sama dengan melepas peluang untuk mendapat perkara-perkara atau berkat-berkat besar dari Tuhan. Jadi, Tuhan menghargai orang yang menjalankan hal-hal kecil dengan serius. Akan tiba waktunya, Allah mengganjarnya dengan memberikan kepercayaan yang lebih besar. Jabatan pelayanan yang di mata manusia, “oh itu jabatan kecil”, biarlah komentar demikian tidak menghalangi kesetiaan kita. Demikian pun dengan hal lain. Mari kita terus setia sekecil apapun buat Tuhan dan bermanfaat bagi sesama dan lingkungan.

Kita berdoa, Tuhan, terima kasih atas pemberian hati nurani dalam diri kami. Kiranya melalui suara hati nurani kami setia atas kehendak-Mu.

Kami berdoa pula buat saudara kami yang telah memasuki lansia. Puji syukur Tuhan selalu mencinta mereka. Dulu, kini dan hari esok semoga berkat indah-Mu terus bersamanya dan keluarganya. Kiranya suka cita dan sejahtera dikaruniakan oleh-Mu. Berikan kesehatan dan panjang umur.

Doa ini seluruhnya kami minta dalam nama Yesus yang disalibkan.

Selamat menikmati akhir pekan.