Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menyongsong akhir pekan seraya mengucap syukur kepada Allah. Sebab, karena Dia-lah, kita dan keluarga kita masih diberi umur kehidupan. Refleksi pagi ini kita akan memaknai bahwa Allah itu penuh pengampunan.
Firman Tuhan hari ini, “..Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Yohanes 8:11
Saudaraku, salah satu narasi atau kisah yang paling indah dalam kita Injil adalah kisah Tuhan Yesus mengampuni perempuan berzinah. Pasti suasananya tegang. Mereka yang merasa pembela kesucian moral masyarakat, membawa perempuan yang tertangkap basah berselingkuh. Mendebarkan buat si perempuan. Betapa tidak? Kedapatan berzina merupakan kekeliruan yang berakibat pada hukuman berat. Hukumannya rajam. Pelemparan batu pada perempuan itu hingga tewas. Sebuah bentuk vonis menakutkan. Sementara itu, teman petualangan seksualnya, lolos dari jerat hukuman. Entah, pada peristiwa itu di mana berada gerangan.
Lewat peristiwa ini, ahli taurat dan kaum Farisi hendak menjebak Yesus. Jika Yesus bersikap membela perempuan itu. Mereka punya dalih bahwa Yesus menyimpang dari hukum dan aturan yang berlaku. Jika tidak, ternyata Yesus tidak bisa menolong nyawa perempuan itu. Sungguh, tokoh agama itu bermain-main dengan nyawa seseorang, demi mendapatkan Yesus jatuh pada keputusan keliru (tricky).
Tuhan Yesus dengan diperhadapkan kasus perselingkuhan itu, pada posisi serba salah. Pasti para ahli agama dalam hatinya bersorak. Mereka beranggapan Yesus pada posisi pelik. Karena memilih yang manapun, mereka akan menemukan putusan Yesus akan salah. Di mata mereka, Yesus tertekan secara psikologis.
Ternyata Yesus menjungkir balikan keadaan. Yakni, dengan pertanyaan simpel yang menohok, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Keadaan berubah. Kini yang tertekan secara psikologis para pemimpin agama. Yesus tidak menghalangi pelaksanaan hukum rajam. Tetapi, dengan pertanyaan itu, mengetuk hati nurani siapapun yang siap-siap melempari batu, melihat dan menilai diri sendiri. Eksekusi batal. Ternyata, mereka tidak bisa menyangkali keberdosaan masing-masing. Mereka yang menganggap dirinya saleh, sadar mereka pun bukan orang suci. Sehingga satu-persatu malu dengan diri sendiri. Pergi dengan rasa sungkan.
Saudaraku. Cara Yesus, Guru Agung kita bersikap demikian sungguh di luar dugaan mereka yang siap menghakimi perempuan itu. Dari sana, Tuhan Yesus menampar muka para pendakwa perempuan berdosa itu.
Pada sisi lain, kita dimungkinkan melihat bagaimana Tuhan Yesus yang penuh pengampunan terhadap si perempuan. Sekaligus dengan tegas, memintanya tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Cara Tuhan Yesus memperlakuan orang berdosa, meloloskan perempuan itu dari jerat hukuman yang dramatis.
Saudaraku, ada prinsip indah yang kita petik dari kisah ini. Yakni sikap Tuhan Yesus memperlakukan orang berdosa. Di mata Tuhan seorang yang tergelincir ke dalam dosa bukan langsung dihukum seberat-beratnya. Dalam hal ini hukuman mati. Bagi Tuhan, selalu tersedia pintu pengampunan. Pintu itu terbuka lebar. Dan dari pengampunan yang diperoleh, seorang berdosa tidak mengulang perbuatan fatalnya. Waktu hidupnya tidak dihabiskan dengan bergelimang dosa lagi. Bangun. Bangkit. Melangkah ke arah yang benar.
Tuhan Yesus tetap menempatkan pelanggaran kesetiaan pada perkawinan itu merupakan kesalahan. Tidak sedikit sebuah perkawinan bubar gara-gara perzinahan. Artinya, perbuatan zina membawa efek merugikan keutuhan kehidupan perkawinan. Jelas itu sebuah bentuk kesalahan. Dan kesalahan serius. Ada yang dkhianati perkawinannya.
Saudaraku, kehadiran Tuhan Yesus ke dunia adalah kedatangan yang mencerminkan hati Allah yang penuh pengampunan. Orang berdosa tidak dibiarkan melangkah menuju kematian. Melainkan, agar hidup kita diperbarui. Dia datang bukan untuk menghukum. Dia datang buat mengasihi. Sehingga kita menempatkan posisi hidup kita agar hidup dalam cinta bukan dosa. “Pergilah jangan berbuat dosa lagi”. Sebuah perintah yang mengandung kepercayaan, sekaligus misi mengisi hidup yang penuh arti.
Kita berdoa, “Tuhan, kiranya saat kami melangkah menjalani hidup ini, selama bersama-Mu kami tetap patuh menjadi murid-Mu. Menghargai cinta kasih yang Engkau limpahkan pada kami”.
“Kami membawa dalam doa, untuk suka cita dan kesehatan setiap orang yang Tuhan berkenan. Semoga mereka berbahagia dan pajang umur. Tuhan melengkapi kebutuhan hidup mereka”.
Tuhan, tolonglah agar saudara-saudara kami yang masih terbaring sakit, di rumah maupun di rumah sakit. Mereka mendapat pemulihan dan kesembuhan.
Inilah, doa kami Tuhan. Dengarlah dan kabulkanlah. Amin
Oleh Pdt. Supriatno