Selamat pagi, ibu-bapak, mas-mbak, opa-oma dan seluruh saudaraku yang dikasihi Tuhan. Telah datang lagi pagi yang baru. Maka, datang pula kasih Tuhan yang selalu baru setiap pagi. Puji syukur kepada Tuhan, hari ini kita memasuki satu hari menjelang natal. Refleksi kita hari ini ingin memaknai hidup sebagai peraih kemenangan.
Firman Tuhan hari ini, “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.”
1 Timotius 6:11
Saudaraku, banyak kiasan yang dipakai untuk menyatakan arti kehidupan ini. Ada yang bilang hidup itu bagaikan roda. Karena hidup itu berputar terus. Ada saat di bawah, ada pula saatnya di atas. Ada saat sehat dan muda, ada saat tubuh lemah dan menjadi tua. Ada saat menjabat dan ada saat turun jabatan. Begitupun, ada orang mengistilahkan hidup bagaikan air. Mengalir bebas. Tanpa belenggu, terus bergerak mengikuti lekak- liku kehidupan.
Selain itu, saya mengiaskan hidup itu seperti permainan roller coaster. Ada momen menakutkan, ada momen tertawa-tawa. Ada naik, ada turun. Ada waktu tenang, ada waktu berjalan cepat. Berbagai perasaan muncul buat yang pernah menaiki roller coaster. Begitu jugalah hidup.
Di dalam Alkitab kita temui berbagai kiasan tentang apa itu hidup. Salah satu kiasan yang populer adalah, hidup itu bagaikan pertandingan. Rasul Paulus yang memperkenalkan kiasan ini. Ia menyampaikan kiasan ini, sebab dia tahu situasi jaman waktu itu. Di era kejayaan imperium Romawi, olah raga merupakan kegiatan hiburan dan aktivitas prestasi yang amat disukai. Tontonan favorit. Nama stadion muncul dari sana. Penggemarnya massif atau banyak sekali. Pada saat rasul mengumpamakan hidup dengan perlombaan atau pertandingan, sedikit banyak orang-orang percaya di jamannya paham tentang itu.
Saudaraku, dalam suatu pertandingan pasti ada pihak yang disebut sebagai peraih kemenangan, ada pula pihak yang menderita kekalahan. Sebuah pertandingan membutuhkan stamina tubuh yang prima. Latihan rutin dan disiplin. Menguasai jenis yang dilombakan. Ada jurinya. Dan pasti ada juara beserta hadiahnya. Hal- hal tersebut merupakan unsur-unsur yang senantiasa ada pada sebuah pertandingan. Tanpa itu semua, tidak tepat disebut pertandingan.
Saudaraku, karena hidup adalah pertandingan, maka impian atau visi utama orang beriman harus menjadi pemenang. Cita-cita kita adalah berhasil menjadi peraih kemenangan. Sehingga kita mendapat hadiahnya. Dalam konteks iman, menang di sini adalah iman yang tidak tanggal. Iman yang terus bertahan sampai akhir kehidupan. Dalam satu kata yang padat disebut dalam kitab Wahyu, “Setia sampai akhir”. Itulah, orang beriman yang menang dalam pertandingan. Imannya tetap melekat hingga akhir hidupnya.
Sedangkan hadiah yang diberikan kepada setiap pemenang, bukan piala, medali, atau trophy kejuaran berbentuk apa yang kita kenal. Bukan trophy atau piala yang terbuat dari logam tetentu. Apakah itu terbuat dari timah, perunggu, perak atau emas. Bukan. Bukan berbentuk semua itu. Melainkan sang pemenang akan dianugerahi apa yang dinamakan “Hidup yang kekal”.
Yang dimaksud hidup yang kekal suatu suasana kehidupan yang amat dekat dengan Tuhan. Hadiah yang diberikan buat sang pemenang adalah “ kehidupan tanpa kertak gigi”. Sebuah gambaran suasana yang indah, nyaman dan minus penderitaan. Tidak ada keluhan sakit osteoprosis, diabet, jantung, asma sampai sakit gigi, terjangkiti virus ebola atau covid 19, yang semuanya menandakan unsur kelemahan tubuh jasmani kita.
Saudaraku, hari ini kita melanjutkan aktivitas rutin kita. Yang belum libur kerja berangkat ke pekerjaan dan melakukan tugasnya. Yang jadi ibu rumah tangga, sebentar lagi atau sudah mulai menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan buat merayakan natal esok hari. Para anggota keluarga sudah berkumpul. Pendeknya, kita semua melakukan kegiatan. Dan di tengah situasi kesibukan sehari menjelang natal ini, hendaklah kita bertekad untuk terus setia. Kita mau memposisikan diri selaku pemenang dalam pertandingan kehidupan. Kita tetap menjaga iman kita, dan iman itu mewarnai kehidupan sepanjang hari ini. Kita berjuang supaya kita atau orang-orang yang kita kasihi tidak mengalami kekalahan dalam pertandingan iman hari ini. Kita tidak mau menjadi pecundang, melainkan pemenang. Kita sambut bayi natal dengan senyum kemenangan. Semoga kasih Kristus memampukannya.
Kita berdoa, “ya, Allah, terima kasih kami masih menjalani kehidupan. Berikan kami kekuatan untuk hidup mulia di hadapan-Mu dan sesama kami. Dan kami tetap memelihara iman di tengah hidup sebagai perlombaan. Kiranya kami menyiapkan hati untuk menyambut-Mu dalam natal.
Kami berdoa buat semua saudara kami yang bergumul dalam hidup saat ini. Berikan mereka kekuatan, kesabaran dan pengharapan. Agar mereka mampu menghadapi rupa-rupa tantangan dan ujian hidup karena pertolongan-Mu, Tuhan.”
Kembali kami berdoa buat Saudara kami yang merindukan kesembuhan. Yang sampai saat ini dirawat di rumah sakit atau di rumah. Kami mendambakan kasih-Mu bersama mereka. Dan kuasa-Mu menjamah tubuh mereka. Kiranya natal hadir di tengah-tengah mereka.
Inilah doa dan harapan kami, ya Tuhan. Dengan pengharapan di dalam Kristus, doa ini kami panjatkan. Amin.
Selamat menyongsong Natal.
Oleh Pdt. Supriatno