Refleksi Harian: 1 Raja-raja 17:6

Merasakan Mukjizat Tuhan

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik di dalam Tuhan. Semoga pagi yang indah dapat kita nikmati saat bangun pagi ini. Bahan refleksi harian: 1 Raja-raja 17:6

Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu

1 Raja-raja 17:6

Saudaraku, banyak orang menyukai burung. Ada yang karena suaranya yang indah. Menyenangkan didengar telinga. Ada pula lantaran bulunya yang indah. Sehingga sedap dipandang mata. Dua hal itu, yang selalu menjadi pertimbangan orang suka memelihara burung atau menyukai itu.

Bagaimana dengan burung yang tidak memiliki keduanya? Bulunya tak indah, suaranya tak merdu. Jelas, orang tidak menyukainya. Termasuk di sini burung yang bernama burung gagak. Bulunya semua hitam, suaranya parau. Tidak sedap dilihat, tidak enak didengar. Malah, sosoknya menakutkan. Burung gagak dengan warnanya yang hitam mengilap, suaranya jauh dari merdu. Sering dinilai menyeramkan karena dianggap sebagai pertanda kematian. Mana ada orang mengoleksinya?

Tapi, dalam kisah nabi Elia, Tuhan menjungkir balikan asumsi bahwa burung gagak itu menyeramkan karena berkaitan dengan orang mati. Justru burung itu dipakai Tuhan buat kesinambungan hidup nabi Elia. Setiap hari burung gagak itu membawa roti dan daging. Dengan demikian buat nabi Elia burung gagak itu selalu ditunggu kedatangannya.

Tuhan menjadikan burung gagak sebagai media pensuplai kebutuhan hidup harian seorang nabi. Teratur, pagi dan sore. Luar biasa. Bukan burung itu yang diberi makan, tapi sebaliknya. Burung gagak itu pemberi makanan.

Saudaraku. Nabi Elia sedang dikejar-kejar raja Ahab yang kejam dan prajuritnya. Mereka tidak senang dengan nasihat nabi. Bukannya mereka berterima kasih kepada nabi, justru mereka mengancam kehidupan nabi Eli.

Di tengah kesulitan itu, Allah bertindak di luar dugaan. Allah menyembunyikannya di tepi sungai Kerit. Kemudian Allah memakai burung gagak bukan manusia biasa yang mensuplai konsumsi buat nabi Elia. Dengan Allah memakai burung, maka prajurit tidak bisa melacak keberadaan sang nabi.

Burung gagak rutin memasok kebutuhan makan nabi Elia. Dengan begitu, sang nabi tetap aman dalam persembunyiannya. Dan tetap tersedia konsumsinya.

Saudaraku, inilah mukjizat kehidupan. Allah mempergunakan media dengan kreatif. Bahkan tidak diduga oleh nalar atau pikiran manusia. Apakah mukjizat kehidupan yang Allah lakukan secara kreatif tidak ada lagi?

Sebenarnya, mukjizat kehidupan tetap ada dan terjadi dalam hidup Anda dan saya. Hanya sering hal biasa dianggap peristiwa biasa saja. Cobalah kita merenungkan, betulkah kita tidak pernah mengalami mukjizat kehidupan?

Orang yang mengalami mukjizat kehidupan akan peka atas tindakan Tuhan. Dia merasakan Allah yang bertindak dalam kehidupan. Jiwanya bergetar haru. Emosinya menangkap getar kehadiran Allah.

Yakinlah, ada pengalaman hidup yang membuat kita heran dan takjub atas tindakan Allah. Kehadiran Allah itu nyata dan fakta, bukan teori semata. Benarlah ungkapan sebuah lagu, “mukjizat itu ada”. Terutama pertolongan Tuhan yang datang indah pada waktunya dan teratur waktunya.

Kita berdoa: Tuhan, betapa ajaib karya yang Engkau lakukan di tengah hidup nabi Elia. Kami percaya, kiranya karya-Mu itu, terjadi saat ini dan nanti dalam bentuk lain dalam hidup kami.

Kami mendoakan mereka yang berulang tahun. Kiranya suka cita dan berkat Tuhan yang indah bersamanya. Demikian juga yang sakit. Jamahlah, Tuhan. Mohon pulihkan dan sembuhkan.

Dalam nama Yesus, kabulkanlah permohonan kami. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: 1 Raja-raja 17:6