Refleksi Harian: 2 Raja-raja: 20:3

Karya Allah Semata

Selamat pagi, selamat menyambut hari baru, ibu-bapak, kakek-nenek dan Saudara-saudaraku tercinta. Dengan setia mentari terbit di Timur di pagi hari. Itu pertanda hari baru. Lebih dari itu pertanda cinta kasih Tuhan yang terus setia menyapa kita. Bahan Refleksi Harian: 2 Raja-raja: 20:3

Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.” Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat

2 Raja-raja: 20:3

Saudaraku, seorang pasien diberitahu dokter bahwa dia terkena penyakit kanker. Diperkirakan usia kehidupannya tidak lebih dari dua tahun. Begitu mendengar kabar demikian, ia terperanjat. Seolah-olah ada hantaman keras di dadanya. Tubuhnya lemas. Terbayang di depan matanya kematian.

Ketika seseorang dikabari informasi tentang akhir hidupnya di dunia, banyak yang tidak siap. Kaget, perasaan tidak percaya, putus ada dan rasa bingung bercampur aduk. Bahkan ada yang terus memikirkannya. Terbayang perpisahan seakan sudah di depan mata.

Suasana emosi demikian, juga dialami oleh seorang raja. Raja Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Sakitnya apa, kita tidak tahu. Sebab perkembangan dunia medis masih sangat sederhana. Yang jelas, sang raja diberitahu nabi Yesaya masa hidupnya akan berakhir. Dan keluarganya perlu diberitahu kondisi kesehatan raja tersebut.

Bagaimana reaksi Raja Hizkia? Ia terpukul. Shock. Bagaiamanapun sebagai manusia begitu mendengar penyakitnya tidak disembuhkan dan dirinya akan mati, tentu terguncang. Sedih sekali raja Hizkia. Ia menangis dengan penuh kesedihan.

Di tengah suasana ketidak berdayaan, kepedihan, tidak tahu lagi pengobatan apa yang masih dijalani, Raja Hizkia meminta kepada Allah. Sebuah permintaan yang sungguh-sungguh lahir dari lubuk hatinya. Ia ungkapkan melalui doa. ”Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.”

Saudaraku, doa raja Hizkia ini menyentuh hati Allah. Allah mengubah nasib sang raja. Ia kabulkan doa yang tulus dan sungguh-sungguh itu. Lalu, Allah kemudian memperpanjang umur 15 tahun usia raja Hizkia. Berita duka cita batal. Berubah menjadi suasana haru dan suka cita.

Saudara, apakah hanya suara raja Hizkia saja yang Allah dengar, dan kabulkan permohonan panjang umurnya? Saya kira tidak. Bisa saja, usia kita sudah akan berakhir 5 tahun atau 10 tahun lalu. Bisa karena sakit, sebenarnya akan tutup usia. Tapi batal, lantaran Allah mendengar doa kita, orang tua kita, anak-anak kita atau hamba-Nya. Ia mengurungkan kematian dan mengubah menjadi sehat dan panjang umur.

Begitu juga, bisa saja seharusnya kita mengalami kecelakaan fatal dan bisa berpotensi merenggut nyawa kita. Tapi, kita tidak tahu bahwa Allah telah meloloskannya. Sehingga sampai kini kita masih hidup.

Untuk itu, Saudaraku, hidup adalah misteri. Tidak semua kita ketahui. Yang jelas, ketika kita masih menghitup nafas kehidupan, itu karena karya Allah semata. Karena itu, kita menghargai hidup sebagai pemberian-Nya dengan hidup takut akan Dia. Dan mensyukuri kebaikan Allah.

Kita berdoa: Ya, Allah. Kami mendoakan saudara kami yang mengecap kebaikan Tuhan. Dalam berbagai bentuk kebaikan-Mu yang menyentuh hidup kami. Dan yang membuat kami masih bernafas.

Kami bersyukur hari ini, buat Saudara kami yang bertambah usianya. Kiranya ulang tahun ini diwarnai wujud syukur dan suka cita.

Buat opa-oma yang lansia, Tuhan berikan hati yang gembira dan penerimaan serta perhatian keluarga. Buat yang dirawat di RS, mereka merasakan kehadiran-Mu.

Sertai kami hari ini, para bayi dan anak-anak. Tuhan berkenan menjntun dan melindungi aktivitas mereka, Sehingga mereka tetap aman dalam situasi apapun.

Dalam nama Yesus, doa ini kami panjatkan. Amin

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: 2 Raja-raja: 20:3