Kualitas Memimpin
Seiring terbitnya mata hari, hari yang baru telah tiba. Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa dan saudara-saudaraku yang baik. Sungguh, Allah itu maha baik. Terpujilah Dia. Bahan refleksi harian: 2 Tawarikh 10:14
ia mengatakan kepada mereka menurut nasihat orang-orang muda: “Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambahnya; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi
2 Tawarikh 10:14
Saudaraku, ada banyak ragam tujuan orang ingin menjadi pemimpin di sebuah negeri. Ada yang ingin mendatangkan kesejahteraan dan keadilan. Tipe pemimpin seperti ini, berupaya segala fasilitas publik tersedia. Dan pihak yang dipimpinnya hidup berkecukupan. Konon, Angela Markel, Jokowi, beberapa nama yang bisa disebutkan.
Mereka adalah tipe pemimpin yang hidupnya sederhana. Angela Markel, kanselir Jerman, sebagai orang nomor satu, tempat tinggalnya di apartemen biasa. Tidak punya pembantu. Termasuk mencuci pakaian sendiri. Hidupnya tidak bergelimang harta. Demikian juga, Jokowi. Di pergelangan tangannya saja tidak mengenakan jam tangan. Apalagi yang berharga ratusan juta sampai miliaran yang dikenakan mantan pejabat, yang kini meringkuk di penjara.
Tapi, ada juga orang yang memimpin demi menenuhi hawa nafsu pribadi. Agar hasrat duniawinya bisa dipenuhi. Tak perduli pada yang dipimpinnya. Yang dipikir dan dikejar adalah kepentingan pribadi. Masa bodoh dengan yang dipimpinnya.
Rehabeam sebagai raja telah melakukan kesalahan fatal. Ia bukan tipe pemimpin seperti dua nama di atas. Orang-orang Israel menaruh harapan besar padanya. Kiranya di bawah kepemimpinannya negeri itu dan rakyatnya menjadi sejahtera dan adil. Yang dipimpinnya mendapat perlakuan lebih baik daripada pendahulunya. Ternyata harapan Israel itu sia-sia.
Apa yang terjadi? Bukannya Rehobeam menyerap aspirasi dan mengabulkan harapan rakyat, malah kekuasaan dipakainya untuk makin menindas rakyat. Tindakan lebih buruk dilakukan melebihi raja sebelumnya.
Saudaraku, hal ini terjadi oleh sebab Rehabeam punya tujuan berkuasanya keliru. Kekuasaan bukan untuk mensejahterakan rakyat tapi diri sendiri. Ia pun lebih mendengar teman-teman dekatnya, orang-orang muda. Kalangan yang ingin menarik keuntungan dari tahta Rehobeam. Sedangkan nasihat bijak dari penasihat raja dari kalangan tua diabaikan. Rehobeam mencampakkan nasihat baik, merangkul buruk.
Akibatnya apa? Rakyat Israel merasa tidak puas. Puncak ketidak puasan mereka adalah memisahkan diri. Karena kasus salah kelola kekuasaan pecahlah kerajaan. Menjadi dua kerajaan; kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda. Salah kelola kekuasaan terjadi karena pemegang kekuasaannya salah gaul. Teman yang salah akan memberikan nasihat yang salah.
Saudaraku. Memimpin mencakup memimpin diri sendiri dan juga memimpin orang lain. Betapa beresikonya seorang pemimpin di gereja, di tengah masyarakat, perusahaan atau pemerintahan, jika dipimpin oleh orang tipe Rehabeam. Rehabeam memimpin diri sendiri saja belum mampu, tapi harus memimpin orang banyak. Akhirnya, umat Tuhan pecah. Kerajaan terbelah. Dan itu tidak pernah bisa diutuhkan lagi.
Jadi, pada dasarnya Anda dan saya adalah pemimpin. Minimal memimpin diri sendiri. Kita harus tahu apa yang harus kita hindari, supaya tidak merugikan diri sendiri. Dan berimbas merugikan orang lain serta mengecewakan Tuhan. Jangan sampai secara formal kita adalah pemimpin. Tapi, memimpin diri sendiri saja tidak mampu. Pasti kita gagal menjadi contoh dan panutan keluarga kita dan lingkungan sekitar kita. Semoga, Roh Tuhan memampukan kita memimpin, minimal diri sendiri.
Kita berdoa: Tuhan karuniakan kami pemimpin yang bijaksana di tengah masyarakat. Dan mampukan kami memimpin arah hidup kami sesuai kehendak-Mu.
Kami mendoakan Saudara-saudara yang bertambah usia. Kiranya karena kasih Tuhan mereka bersuka cita di ulang tahun hari ini. Mereka menikmati masa kanak-kanak yang indah.
Kami mendoakan agar kami semua sehat dan aman pada hari ini. Dan yang sakit mendapat karunia kesembuhan. Dalam nama Yesus, kabulkanlah doa kami. Amin.