Rendah Hati Mendahului Kehormatan
Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa dan Saudara-saudara yang baik. Pagi baru telah hadir. Kita masih menghirup nafas kehidupan. Terima kasih kepada Tuhan yang memungkinkan ini kita kecap. Bahan refleksi harian: Amsal 18:12
Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan
Amsal 18:12
Saudaraku, ada seorang guru besar bela diri berkebangsaan Jepang. Ia memberi pesan kepada murid-murid-Nya, “ jika kelak aku mati, kenakanlah pada tubuhku baju bela diri dengan sabuk putih”.
Pakaian bela diri itu di mana-mana sama. Modelnya simpel. Tidak modis. Warnanya putih, tanpa dijahit. Sedangkan tingkatan kehebatan bela diri seseorang bisa dikenali dari sabuknya. Ada sabuk putih, coklat, hitam. Sedangkan yang tertinggi sabuk hitam. Untuk seorang guru besar, sabuknya hitam.
Apa arti pesan sang guru besar tadi? Pesannya, sesungguhnya mencerminkan kerendahan hati. Bahwa dia mau mengatakan, pada dasarnya manusia itu baru belajar dan harus selalu belajar.
Tentu saja, pesan sang guru besar ini malah mengangkat namanya. Ia makin dihormati. Kerendahan hatinya menggugah orang yang mendengar pesannya makin mengaguminya secara tulus. Kita bisa melihat kebesaran mencuat seiring dengan kerendahan hatinya.
Saudaraku, firman Tuhan mengapresiasi sikap yang mencerminkan karakter rendah hati. Seseorang bisa meraih rasa hormat dari sesamanya justru karena melihat kerendahan hatinya. Sebaliknya, sikap tinggi hati menghancurkan hidup seseorang. Banyak contoh untuk itu, bagaimana seseorang justru kesengsaraannya disebabkan sikap sombong atau tinggi hatinya.
Saudaraku, budaya kita sangat menghargai jiwa kerendahan hati. Tidak heran kita memiliki pepatah, “belajarlah dari padi, semakin berisi makin merunduk”. Dan orang tua kita selalu mengingatkan, “tong kosong nyaring bunyinya”. Artinya sama, kerendahan harus menjadi gaya hidup, dan mencerminkan sikap yang terpuji.
Praktik kerendahan hati yang paling tulus dan otentik adalah Allah menjadi manusia. Ya, Yesus, merupakan wujud paling nyata Allah kita yang penuh kerendahan hati. Karena itu Filipi 2:8. Menyatakan, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Saudaraku. Orang yang rendah hati menghargai orang lain. Bagi orang yang rendah hati, orang lain menyimpan nilai yang berharga. Dia bisa belajar dan diperkaya. Sebaliknya, bagi orang yang sombong, orang lain tidak ada apa-apanya. Ia menganggap hanya dirinya yang hebat. Punya segala hal. Karena tidak suka masukan, apalagi kritikan dari orang lain. Dia senang menggurui, tidak senang menimba pengalaman dan pengetahuan orang lain. Termasuk dalam kehidupan iman.
Kita berdoa: Tuhan ajarkan dan mampukan kami bersikap rendah hati di hadapan-Mu dan sesama kami.
Kami memohon kepada-Mu, Tuhan hiburkanlah Pdt. Em. Kelana Noron dan anak-anak yang telah ditinggalkan ibu Herlin Priagustin
Seluruh doa ini kami minta dalam nama, Yesus, amin.