Refleksi Harian: Bilangan 14:24

Bersikap Optimis

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Salah satu hal alami dan sekaligus karunia Tuhan adalah istirahat tidur. Puji Tuhan, semalam kita menjalaninya dalam lindungan Tuhan. Pagi ini, kita bangun dan menyongsong hari baru. Bahan refleksi harian: Bilangan 14:24

Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya

Bilangan 14:24

Saudaraku, sebuah perusahaan sepatu meminta seorang pegawainya melakukan survey pasar ke sebuah daerah terpencil. Maka, pergilah pegawai itu ke sana. Melihat dan mengamati gaya hidup penduduknya. Setelah beberapa waktu, ia membuat laporan dan rekomendasi. Bahwa penduduk di daerah itu tidak ada yang memakai sepatu. Perusahaan disarankan tidak memasarkan sepatu di sana. Percuma, tidak akan ada yang beli.

Beberapa waktu kemudian, perusahaan mengirim kembali pegawainya yang lain ke daerah yang sama. Tugasnya sama. Setelah survey, ia membuat laporan dan rekomendasi yang harus dilakukan perusahaan. Dilaporkan tidak ada penduduk yang pakai sepatu. Sarannya, perusahaan melihat itu sebagai kesempatan dan peluang memasarkan sepatunya.

Saudaraku, dari realitas yang sama bisa lahir cara pandang berbeda. Dan berlanjut pada tindakan yang kelak berbeda pula. Yang satu pesimis, melihat realitas sebagai kondisi yang sulit. Sedangkan yang satu lagi, realitas dilihat sebagai peluang.

Musa mengutus beberapa pengintai untuk mencari tahu, seperti apakah negeri perjanjian. Semua pengintai melihat realitas sama. Namun setelah 40 hari menunaikan tugas, laporan dan rekomendasi terjadi perbedaan. Terdapat dua grup berbeda.

Kaleb melihatnya negeri itu adalah negeri yang subur dan berlimpah susu dan madu. Ia menyatakan memang negeri itu ada penghuninya yang kuat. Tapi, ia meyakini Umat Israel bisa mengatasinya. Berbeda dengan pengintai lain. Mereka ketakutan dengan penduduk di negeri perjanjian itu.

Saking takutnya mereka menangis histeris dan meminta pembatalan masuk ke negeri itu. menggugat kepemimpinan Musa. Seolah-olah tidak pernah mengalami muljizat Allah. Bahkan sikap mereka mempengaruhi kondisi kejiwaan orang Israel lainnya. Mereka secara massif memaksa, agar dikembalikan ke Mesir. Mereka minta pembatalan masuk ke negeri yang Allah janjikan. Mereka ingin balik ke masa lalu.

Saudaraku, realitas yang dilihat sama. Ternyata cara pandang dan kesan yang muncul berbeda. Hanya Kaleb dari para pengintai itu memberi semangat untuk meneruskan memasuki negeri perjanjian. Dan hanya dia yang percaya bahwa umat Israel akan berhasil.

Sikap Kaleb ini yang menjadi pijakan bagi Musa dan Harun memutuskan melanjutkan perjalanan. Kemudian terbukti itu pilihan terbaik. Allah membimbing mereka berhasil. Dan menarik bahwa Kaleb dan keturunannya menempati daerah subur. Hal itu merupakan anugerah Allah atas sikapnya.

Saudara, sikap Kaleb ini bisa kita katakan sikap yang optimis. Sikap yang optimis bukan sikap yang mengabaikan kesulitan. Tidak. Tapi, sadar bahwa ada kekuatan lebih besar yang bisa mengatasi kesulitan itu. Landasan kekuatan itu adalah Allah.

Kita sadar, realitas hidup itu beraneka rupa. Kesulitan dan kemudahan. Kelimpahan-kekurangan. Kesedihan-kegembiraan. Kita bisa memaknainya ikut ditentukan sikap kita. Belajar dari Kaleb, dia optimis dengan bertumpu pada Allah. Ia tidak mengabaikan kesulitan di depan mata. Tapi, kesulitan itu tidak lebih besar dari bimbingan dan pertolongan Tuhan.

Apa hasilnya sikap demikian? Janji Allah sejak Abraham tergenapi. Bangsa itu masuk dan tinggal di negeri yang dijanjikan Allah. Dan secara pribadi, hidup Kaleb dan keturunannya memetik buahnya. Hidup sejahtera dan berkecukupan.

Kita berdoa: Tuhan, dalam situasi apapun jika kami berjalan dengan Engkau, kami melangkah dengan semangat. Optimis tanpa jatuh ke situasi gentar dan takut.

Kami berdoa bagi saudara kami yang berulang tahun. Semoga hari yang istimewa ini dijalani dengan hati suka cita, sehat, dan hidup dalam pengharapan dan percaya akan Tuhan di hari yang diberikan Tuhan. Berikan apa yang didambakan mereka agar menjadi kenyataan.

Demikian juga, bagi yang sakit. Pulihkan dan sembuhkanlah, ya Tuhan. Doa kami ini, kami panjatkan dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Bilangan 14:24