Rumahku Surgaku
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Malam telah berlalu, pagi baru telah tiba. Kasih Tuhan tetap menyertai kita. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Bahan refleksi harian: Lukas 19:5
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu
Lukas 19:5
Saudaraku, ada ungkapan terkenal dalam bahasa inggris, ”home sweet home”, yang diterjemahkan secara bebas, ”rumahku surgaku”. Ungkapan ini hendak menyatakan betapa rumah itu sebuah tempat yang menyenangkan. Di rumah suasana yang manis dan indah dapat dirasakan. Jadi, rumah tidak dilihat dari bangunannya semata, melainkan sang penghuninya mersakan kenyamanan.
Untuk menciptakan “home sweet home” atau “ rumahku surgaku” tiap orang punya versi masing-masing. Ada yang berusaha merealisasikannya melalui model bangunan yang disukai atau tengah tren. Ada yang menghadirkannya dengan rumah yang asri. Penuh tanaman dan bunga. Atau bisa juga dengan memenuhi rumah dengan segala barang-barang berharga.
Tentu, setiap orang bebas mengungkapkan gambaran (persepsi) masing-masing. Sekaligus setiap orang boleh punya versinya sendiri menerjemahkan arti “rumahku surgaku”. Hal itu ikut ditentukan selera dan harapan masing-masing.
Yang jelas, bagi orang beriman sebuah tempat tinggal kita katakan “home sweet home” “rumahku surgaku” mana kala di sana hadir Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan itu, anggota keluarga yang hidup bersama Tuhan itu memperlakukan dengan kasih dan hormat. Di sana satu sama lain mengecap kehidupan penuh rukun dan sapaan hangat.
Barangkali Anda mendengar ekpresi dari orang yang menyatakan “saya tidak betah di rumah. Rumah kayak neraka”. Ungkapan menandakan ia tidak menemukan kedamaian di rumahnya, sehingga lebih memilih menghabiskan waktu di luar rumahnya. Bisa jadi, ia tidak menemukan rumahnya sebagai “home sweet home”. Jangan-jangan yang ada malah konflik, persaingan dan saling membenci.
Orang yang tinggal dan hidup dalam rumah yang “home sweet home” punya luapan suka cita. Dan saya meyakini, Zakheus setelah Yesus menyatakan mau mampir di rumahnya, ia melihat rumah secara berbeda. Rumahnya adalah surganya. Karena sebagai orang yang selama ini dibenci dan dijauhi sesamanya, ternyata Tuhan mau mampir. Ia merasakan penerimaan Yesus begitu tinggi atasnya.
Karena itu, saudaraku, secara spontan ia mau berbagi dengan orang lain. Ia perduli atas orang lain. Ia tidak lagi memikirkan diri sendiri dengan merugikan orang lain. Sekaligus, ia mau memperbaiki sikapnya yang keliru sebagai pemungut cukai.
Saudaraku, tentu kita ingin tempat tinggal kita di mata kita sebagai “home sweet home”, “rumahku surgaku”. Dan itu tidak identik rumah itu harus gedung megah. Peralatannya serba lengkap, mewah dan modern. Itu semua boleh saja jika memang Anda mampu membelinya. Hanya yang jelas dan utama “rumahku surgaku” bukan ditentukan oleh itu. Namun tempat tinggal yang Tuhan suka hadir di dalamnya. Kita juga menyapa Tuhan dengan hormat. Seiring dengan itu, semua penghuninya hidup dengan saling menerima, hormat dan mengasihi. Mari akhir pekan ini, kita menikmati waktu kita di rumah yang “home sweet home”, “rumahku surgaku”.
Kita berdoa: Tuhan, kiranya kami menciptakan rumah kami penuh damai sejahtera. Dan Engkau hadir di dalamnya.
Kita berdoa, “ ya, Allah, ajar kami memahami kehendak-Mu agar sikap kami selaras dengannya.
Kami bersyukur dan ikut bersuka cita pada hari ini, bagi mereka yang mendapat usia baru. Berkatilah hidup mereka. Limpahi dengan kesehatan, kegembiraan, kebahagiaan dan damai sejahtera. Keluarga mereka pun kiranya merayakannya dengan penuh syukur, kehangatan dan antusias.
Berkati orang tua kami, opa-oma kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, cicit-cicit kami, segenap saudara, kerabat dan terlebih juga pasangan hidup kami. Dia yang Engkau berikan sebagai pendamping hidup kami. Buatlah agar kami tetap setia dan mencintainya.
Doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.