Refleksi Harian: Kisah Para Rasul 16:25

Teruslah Berkarya

Selamat pagi, ibu-bapak, opa-oma dan Saudara-saudaraku yang baik di dalam kasih Tuhan. Puji Tuhan. Kita masih berjumpa dan berkomunikasi lagi di hari yang baru. Sungguh itu karena kebaikan Tuhan, yang patut kita syukuri. Bahan refleksi harian: Kisah Para Rasul 16:25

Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka

Kisah Para Rasul 16:25

Saudaraku, ada anggapan yang keliru bahwa orang yang menderita tidak bisa menghasilkan hal bermanfaat buat orang lain. Seolah-olah penderitaan melumpuhkan daya juang dan daya cipta seseorang. Sungguh tidak betul, orang yang menderita hanya bisa mengeluh, sekaligus kehilangan semangat terbaiknya.

Memang, kita bisa temui ada orang yang menderita tidak berdaya apa-apa. Benar. Seorang yang sakit parah misalnya, cuma bisa berbaring lemah. Namun, bukan berarti penderitaannya mampu menghambat lahirnya hal yang berguna, yang didambakan orang lain.

Dari pengalaman nyata, kita menjumpai lantaran penderitaannya, seseorang membuat sesuatu yang bermanfaat. Tidak hanya bermanfaat terhadap dirinya, terutama juga buat orang lain. Kita masih ingat kisah hidup Louis Braille. Dia mengalami kecelakaan dan berakibat kebutaan. Namun, alih-alih mengeluh dan kecewa. Justru dari situasi kebutaannya, Louis Braille mampu menemukan sistem membaca buat yang tuna netra. Yang kini dinamakan huruf Braille.

Demikian juga dalam kehidupan iman. Paulus dan Silas adalah pasangan yang kompak dan gigih memberitakan Injil Kristus. Ketika berada di kota Filipi tengah menunaikan tugasnya, mereka ditangkap, dipukuli dan dijebloskan ke penjara. Kaki mereka dibelenggu. Kedua orang itu pasti berdarah-darah. Di masukkan ke penjara pun yang posisi ruangnya di tengah. Tentu, pengamanan ketat ini agar peluang mereka melarikan diri kecil sekali.

Saudaraku, Paulus dan Silas tentu menderita. Mereka sudah kehilangan kebebasan dan juga secara fisik mengalami tindak kekerasan. Berat realitas yang harus dihadapi mereka.

Situasi ini tidak membuat mereka kehilangan semangat. Penderitaan tidak membuat mereka terpuruk. Justru, dengan masuk penjara mendorong mereka menguatkan penghuni penjara lainnya. Paulus dan Silas bukannya meratapi nasib buruknya, malah menyanyi dan berdoa. Suara pujian dan doa mereka, justru mampu menggugah semangat para napi yang lain.

Dalam rentetan peristiwa di atas. Kemudian terjadi gempa di kota Filipi. Bangunan penjara rusak parah. Sang kepala penjara panik dan hendak bunuh diri. Ia takut dan harus bertanggung jawab, seandainya para napi melarikan diri dari selnya. Baru kemudian dia mengurungkan niatnya bunuh diri karena nasihat Paulus dan Silas. Terutama setelah tahu para napi masih tetap di tempatnya.

Kepala penjara melihat bahwa Paulus dan Silas yang tubuhnya menderita, telah sangat berjasa. Sang kepala penjara kini yang tergugah untuk mendapat keselamatan dan meminta untuk dibaptis beserta seluruh keluarganya. Maka dari sanalah, cikal bakal lahirnya Jemaat pertama di Eropa.

Saudaraku, salah besar, anggapan bahwa menderita cuma bisa mengeluh dan mengerang. Dan tidak bisa berbuat apa-apa. Paulus dan Silas membuktikan tetap berkarya meski menderita. Untuk itu kita tidak boleh menyerah oleh penderitaan.

Melalui situasi penderitaan firman Tuhan mengajarkan, sesungguhnya kita tetap bisa melakukan yang berguna. Penderitaan menjadi ‘batu lompatan’ meraih hal yang tidak diduga. Jika menderita saja masih bisa berkarya, tentu Anda dan saya yang sedang sehat atau tidak menderita, mampu pula berkarya. Sesederhana apapun karya kita.

Mari kita berdoa: Tuhan, dalam keadaan apapun mampukan kami bisa menghadirkan hal bermanfaat buat diri kami, keluarga, sesama, dan gereja.

Kami berdoa juga buat yang ulang tahun. Tuhan karuniakan mereka usia yang baru. Semoga dengan usia ini, Engkau memberi berkat, suka cita dan panjang umur. Beriikanlah mereka kesehatan. Semoga keluarga ikut berbahagia atas hari spesial ini.

Tuhan, sembuhkanlah saudara-saudara kami yang sakit. Tumbuhkanlah sikap optimis dan pengharapan dalam diri mereka.

Semoga hari ini, kami menjalani hidup dengan senyum dan syukur karena Tuhan beserta kami. Dalam Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kisah Para Rasul 16:25