Sehati Sepikir
Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menyongsong hari baru dengan berterima kasih kepada Allah. Karena Dia-lah, kita dan keluarga kita masih diberi degup kehidupan. Bahan refleksi harian: Filipi 2:2b-3
hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.
Filipi 2:2b-3
Saudaraku, hidup kita tidak mungkin sendiri. Kita butuh orang lain dan berkembang bersama orang lain. Dengan orang lain, kita bisa menjadi manusia seutuhnya. Kita pintar. Kita tumbuh. Kita sehat. Kita gembira. Semua itu karena adanya kehadiran orang lain.
Bersama orang lain pula, kita bisa melakukan sesuatu buat kebutuhan pribadi maupun yang berlingkup lebih luas. Dalam konteks itu juga, kita berpartisipasi memberi apa yang kita punya. Hidup bersama, ada proses memberi dan menerima, give and take. Kehadiran kita memberi arti buat yang lain. Sama, sumbangsih orang lain sangat dibutuhkan kita.
Pada sisi lain, hidup bersama dengan yang lain bisa serasi dan bisa juga konflik. Tentu, dikarenakan setiap manusia punya watak, kebiasaan, keinginan dan selera berbeda-beda. Hal itu memerlukan pengelolaan yang baik. Maka, hal itu bisa menciptakan ketidak serasian. Konflik. Relasi terganggu. Malah, ada yang kemudian berakhir pada permusuhan.
Firman Tuhan mengajak kita, agar kita merenda hidup bersama dengan harmonis. Untuk itu perlu kesamaan. Hati, jiwa dan pikiran yang sama menjadi modal ke arah itu. Kesamaan mencakup pula pada satu tujuan. Dan kenyataan membuktikan bahwa tanpa sehati-sepikir hidup bersama rapuh. Tidak kompak.
Saudaraku, hal lain yang menjadi virus yang merusak hidup bersama adalah sikap kepentingan dan egosentris. Kemauannya diri sendiri yang ingin diterima orang lain. Padahal, orang lain pun pasti punya keinginan masing-masing. Memaksakan agar keinginannya sendiri yang diterima orang lain, maka bisa memicu keretakan kehidupan bersama. Atau, tiap-tiap orang asyik mengutamakan dirinya tanpa mau perduli atas yang lain.
Saudaraku, kehidupan bersama itu banyak ruang lingkupnya. Bisa di gereja, di kantor, pertemanan, bisnis, atau membangun hidup berkeluarga. Sehati sepikir dan sejiwa amat diperlukan. Hal itu mempertemukan satu sama lain. Sikap itu merekatkan. Keharmonisan terbangun. Kekompakan tercipta. Seperti orkestra, berlainan alat musiknya tapi semua pemainnya sejiwa untuk menyajikan lagu. Sehingga menghasilkan karya musik yang kompak, apik dan indah didengar. Kiranya, hari ini, kita yang selalu tidak terpisahkan dengan orang lain, hadir dengan sikap tepat. Membangun bukan merusak. Menata bukan meluluh lantakan. Kita hidup bersama berfondasikan firman-Nya.
Kita berdoa, “Tuhan, kiranya saat kami melangkah menjalani hidup ini, selama bersama-Mu dan keluarga serta sesama, kami tetap utuh, kompak dan harmonis.
“Kami membawa dalam doa, kehidupan anak-anak-Mu yanh bergumul. Dengan kesehatannya, ekonominya, keutuhan keluarga, dan harapan pribadi yang belum terrealisasi.
Buat kaum pemuda-pemudi, semoga mereka sehat, suka cita dan sejahtera. Berkati masa mudanya. Sehingga mereka bisa meraih cita-citanya.”
“Tuhan, kami juga memohon agar kami terus mengeratkan ikatan dengan Tuhan, sesama dan ikatan antar anggota Jemaat.
Inilah, doa kami Tuhan. Dengarlah dan kabulkanlah. Amin. Dalam nama Yesus, kami berdoa.
Oleh Pdt. Supriatno