Membangun Rumah Tuhan
Selamat pagi, ibu-bapak, opung, dan saudara-saudara yang kami cintai. Di tengah hari-hari yang penuh tantangan dan tidak mudah di masa pandemi. Saat kita bangun pagi, sungguh pemberian-Nya yang membuat hati suka cita. Bahan refleksi harian: Hagai 1:2
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!
Hagai 1:2
Saudaraku, dalam kehidupan kita ada dua rumah yang patut menjadi perhatian kita. Yaitu rumah pribadi dan rumah Tuhan. Keduanya penting. Rumah pribadi tempat kita hidup bersama keluarga. Kasih sayang hadir di sana. Anak- anak bertumbuh di bawah atapnya. Sekaligus, tempat kita habiskan hari-hari kita dengan berbagai aktivitas. Dengan suka cita menyebut rumahku adalah istanaku.
Sedangkan rumah Tuhan, di sanalah kita menjumpai-Nya. Kita menyapa dan memuji-Nya. Di tempat itu kita menemukan oase rohani yang menguatkan kita. Seiring dengan itu ikatan persaudaraan atas dasar iman tumbuh dan berbuah.
Dalam pengalaman umat Israel terjadi perhatian yang tidak berimbang. Mereka sangat memperhatikan rumah pribadi. Sayangnya, abai atas rumah Tuhan. Akibatnya rumah Tuhan tak terurus. Terbengkalai. Konsekuensinya, ibadah dan persekutuan tidak bisa diselenggarakan di sana.
Umat itu berdalih bahwa kemiskinan mereka, sehingga mereka lebih memprioritaskan pembangunan rumah pribadi. Dengan dalih itu, mereka menghindar tanggung jawab membangun rumah Tuhan.
Saudaraku, nabi Hagai mengingatkan mereka, bahwa ketiadaan rasa perduli mereka terhadap rumah Tuhan akan membuat mereka miskin. “Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!”
Upaya Nabi Hagai menggugah umat itu. Sehingga penguasa dan rakyat bersatu. Sebagai umat Tuhan mereka tersadarkan akan prioritas atas rumah Tuhan. Akhirnya, mereka bahu membahu membangun rumah Tuhan.
Saudaraku, membangun rumah Tuhan tidak semata-mata urusan bangunan fisik. Tidak sekedar tembok, batu, pasir, interior. Tapi, di balik itu terungkapkan cinta kita kepada Allah. Sebab gedung ikut memfasilitasi proses ibadah terselenggara dengan baik. Pertemuan dengan Tuhan terbina indah.
Demikian pula, pembangunan rumah Tuhan adalah menyangkut pembangunan watak dan kepribadian umat beriman. Di sanalah akan tumbuh persaudaraan. Di sana pula praktek saling perduli dalam kasih terwujud nyata.
Hari ini, kita bukan hanya mendirikan rumah pribadi dengan indah, nyaman dan asri. Tapi, juga rumah Dia yang menghidupi kita, kita perduli atasnya.
Kita berdoa: Tuhan, kiranya kami menempatkan keperdulian pada rumah Tuhan menjadi wujud cinta kami kepada-Mu.
Di hari ini, buat yang berulang tahun. Kiranya Tuhan memberi hati yang gembira, penuh syukur dan kesehatan yang prima di hari istimewa ini atas mereka.
Tuhan, tumbuhkanlah di hati kami semua agar di masa pandemi yang tidak mudah ini, jiwa solider dan tolong menolong serta saling memberi perhatian.
Dalam nama Yesus, doa ini kami panjatkan. Amin.