Refleksi Harian: Hakim-Hakim 10:15-16

Allah Yang Mendengar

Selamat pagi, bapak-ibu, Opa-oma, mas-mbak. Selamat memasuki hari baru seluruh Saudaraku yang baik. Cinta Tuhan terus menyertai kita seiring waktu yang berjalan. Puji Tuhan. Bahan refleksi harian: Hakim-Hakim 10:15-16

Kata orang Israel kepada TUHAN: “Kami telah berbuat dosa. Lakukanlah kepada kami segala yang baik di mata-Mu. Hanya tolonglah kiranya kami sekarang ini!” (16) Dan mereka menjauhkan para allah asing dari tengah-tengah mereka, lalu mereka beribadah kepada TUHAN. Maka TUHAN tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka.”

Hakim-Hakim 10:15-16

Saudaraku, senakal-nakalnya seorang anak tapi jika ia sudah bersimpuh di kaki orang tuanya dan kemudian meminta maaf setulusnya. Orang tua mana yang tidak luluh hatinya untuk memaafkan?

Manusia saja bisa demikian, apalagi Allah. Sebuah lagu terkenal punya pengalaman demikian. Lagu itu berjudul “Ajaib Benar Anugerahmu” (Amazing Grace). Pengarangnya bernama John Newthon. Kapten kapal yang memuat para budak diperjual belikan.

Saat kapalnya diterpa badai ganas, ia merasa hidupnya tidak akan lama lagi. Di tengah kepanikan dan ketakutan, ia turun ke bagian bawah kapal. Dengan malu tapi sungguh-sungguh memohon agar Tuhan menyelamatan. Ia malu selama ini hidup sesuai prinsip-prinsip kekristenan yang gigih diajarkan ibunya. Ia lebih asyik bergelimang kesalahan. Ia mengaku ketidak patutan dirinya.

Ternyata, doanya dikabulkan Tuhan. Kapal itu melewati terpaan badai ganas itu. John Newthon sungguh merasakan betapa besar anugerah Tuhan atas orang berdosa seperti dirinya.

Begitulah juga orang Israel di hadapan Allah. Setelah mereka sadar bahwa penderitaan berat yang dialaminya. Mereka mengakui hal itu berawal dari dosa besar mereka. Maka, dengan sungguh-sungguh mereka meminta Allah menolongnya. Dan mereka siap menerima apapun tindakan Allah, asal yang penting bebas dari penderitaan berat.

Di sinilah hati Allah sungguh agung. Ia tidak membiarkan umat yang dikasihi-Nya terjerat kesukaran. Belas kasihan-Nya mengubah Israel keluar dari penindasan Orang Filistin. Pintu pengampunan Allah terbuka, karena Israel ketukan tangan Israel yang lemah. Namun, tangan yang lemah itu mengandung keinginan pembaruan hati yang amat kuat. Israel yang tadinya memuji dewa Baal, kini menghujatnya. Karena mereka sadar, dewa Baal itu sumber malapetaka. Dan di saat kesulitan dewa itu tidak punya telinga untuk mendengar, tangan yang terulur untuk membantu dan kuasa yang membebaskan. Dewa itu bisu dan buta atas penderitaan Israel.

Saudaraku, hari ini kita memasuki hari baru. Alangkah indahnya kita menjalani disertai hati yang baru. Pembaruan diri terus-menerus. Hati yang yang selalu terpaut pada Allah sejati. Allah yang mendengar bisikan suara hati kita, dan selalu mau mendengar serta menolong kita. Kita tidak ingin bergeser iman kita kepada apapun yang justru mengantar kita ke dalam petaka. Dan parahnya, saat kita tercebur dalam petaka itu kita dibiarkannya. Hanya kepada Allah, ya, hanya itulah satu-satunya pusat iman kita. Ke sanalah fokus iman kita. Kita tidak ingin punya iman yang bercabang. Iman yang mencla-mencle. Pagi bilang kedelai, malam berkata tempe. Kita ingin tetap teguh dan setia kepada Allah di hari yang baru.

Kita berdoa, Tuhan pautkan iman kami kepada-Mu dan terus setia menjalani iman kami.

Hari ini, perkenankan kami untuk mencecap kasih-Mu yang menguatkan dan melegakan hati kami. Lindungi kami, Tuhan. Jauhkan kami dari ancaman bahaya virus covid 19 dan kecelakaan. Dalam nama Yesus, Tuhan kami, kabulkanlah doa kami. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi harian: Hakim-Hakim 10:15-16