Refleksi Harian: Kejadian 1:11

Mewariskan Alam

Selamat pagi, ibu-bapak, Eyang kung-eyang ti, mbak-mas, dan Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah yang menuntun kita melewati malam dengan istirahat yang baik, serta memungkinkan kita memasuki hari baru. Bahan refleksi harian: Kejadian 1:11

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian.

Kejadian 1:11

Saudaraku, belakangan ini di beberapa kota terjadi banjir bandang dan tanah longsor. Air yang deras menghanyutkan segala macam benda, rumah, tanaman, ternak bahkan manusia. Demikian juga, terjadi pula tanah longsor. Rumah terbenam, bahkan termasuk juga penghuninya.

Konon, bencana banjir bandang dan longsor itu disebabkan kerusakan di hulu. Artinya, ada pemanfaatan melebihi batas atas alam. Dikuras. Pohon-pohon ditebangi. Tanahnya dieksploitasi secara serampangan tanpa mengindahkan akibatnya di hilir.

Efeknya jelas. Penduduk banyak yang jadi korban, terutama yang berdomisili dekat lokasi bencana. Belum lama di sebuah kota di Jawa Barat, satu keluarga terkubur dan tidak selamat. Nyawa yang amat berharga direnggut tiba-tiba. Memilukan. Belum lagi harta benda.

Saudaraku, Tuhan mencipta alam itu baik. Sayangnya, ada manusia tertentu dengan motif ekonomi merusaknya. Terutama orang yang rakus (greedy). Buatan tangan Tuhan tidak dilihat sebagai titipan yang harus dijaga, malah seenaknya dimanfatkan semaksimal mungkin hingga melampaui batas. Dengan demikian, pelaku perusak alam itu, adalah orang-orang yang tidak menghargai Allah. Mereka seolah pemilik absolut. Seolah dengan berbekal surat ijin sah-sah saja menguras kekayaan alam, apalagi disertai dirinya kebal hukum.

Bagaimanapun, Allah itu baik, malah Maha Baik. Dia membuat alam ciptaan-Nya baik. Sepatutnya kita sebagai manusia harus dan wajib memelihara dan menjaga alam. Sebab, rusaknya alam akan merugikan pihak manusia juga. Lihatlah, akibat pemanasan global (global warming), kota-kota yang dulu kita kenal sejuk dan nyaman, kini mengalami perubahan. 30 tahun lalu, jika Anda ke Bandung, pukul 07.00 pagi masih selimutan. Dingin. Sekarang? Sulit menemukan pada jam itu merasa kedinginan. Rumah-rumah dan kantor di Bandung harus dibantu AC untuk kesejukan di ruangan.

Sungguh dampak Pemanasan global, negeri-negeri lain pun mengalami hal sama. Orang Swiss, sekarang mulai terbiasa mengalami suhu udara di Swiss 30 derajat selsius!” Padahal suhu setinggi itu kita saja yang hidup di daerah tropis merasakan panas, apalagi mereka. Ya, sekarang penduduk dunia mengeluh. Alam telah rusak parah. Dan manusia juga yang menanggungnya.

Saudaraku. Bagaimanakah sikap orang beriman? Meski kita tidak mampu berbuat hal besar, bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita harus menghargai Allah yang mencipta alam. Kita pun berkewajiban agar alam berkelanjutan, agar kita tidak mewariskan alam yang carut marut buat anak cucu kita.

Caranya? Buatlah hal kecil tapi berguna. Misal: ke pasar bawalah tas dari rumah jangan setiap ke pasar beli plastik. Kurangi penggunaan plastik. Hematlah penggunaan listrik. TV yang tidak ditonton, matikan. Kasihan penyiarnya ngomong sendiri tanpa ada pemirsanya.

Dulu ada program go green, entah kemana gerangan gaungnya. Tapi, dengan dorongan kesadaran iman tanamlah bunga, tanaman atau sayuran di sekelilingi rumah dan tempat tinggal kita. Bunga dan pohon menghasilkan oksigen yang baik buat kita, sekaligus mengurangi polusi udara dan kebisingan. Dan banyak lagi.

Soal alam bukan semara-mata tugas dan tanggung jawab pemerintah saja. Itu juga tugas Saya, Anda dan kita semua manusia yang beriman. Kita tidak boleh abai atas alam, apalagi punya andil merusaknya. Kita perlu peduli alam, itu tanda kita cinta Tuhan dan cinta kehidupan yang berkelanjutan.

Kita berdoa, “Tuhan, tanamkanlah sikap dan perilaku tanggung jawab dalam diri kami secara bersama untuk membangun, menjaga dan melestarikan lingkungan kehidupan.

Kami pun berdoa agar orang-orang yang kami kasihi: orang tua, anak, pasangan hidup, saudara, sahabat, berbahagia hari ini. Jika sakit Tuhan jamah supaya ada pemulihan, kesembuhan dan merasa tubuh yang segar.

Kiranya aktivitas kami dipenuhi rasa cinta kepada sesama, membangun persaudaraan dan persahabatan. Agar iman kami melahirkan hal baik bagi kehidupan.

Inilah doa kami. Kabulkanlah permohonan kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kejadian 1:11