Refleksi Harian: Keluaran 35:29

Menjaga Dan Merawat Tempat Ibadah

Selamat pagi, ibu-bapak, Nini-aki, mbak-mas, dan Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah yang menuntun kita melewati malam dengan istirahat yang baik, serta memungkinkan kita memasuki hari Selasa. Bahan refleksi harian: Keluaran 35:29.

Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa untuk dilakukan mereka itu, yakni orang Israel, membawanya sebagai pemberian sukarela bagi TUHAN

Keluaran 35:29

Saudaraku, gedung apakah yang punya arti? bagi umat Israel, ada dua bangunan yang dianggap penting saat berada di padang gurun. Kemah dan kemah suci. Kemah merupakan tempat tinggal mereka sehari-hari. Tiap keluarga memiliki. Di kemahlah aktivitas makan, tidur dan proses memelihara keluarga berlangsung. Kemah menjadi tempat berteduh baik waktu siang maupun malam hari. Relasi antara orang tua dan anak, begitu pun ikatan persaudaraan tumbuh dan terbentuk dalam kemah itu.

Sebagai bangsa yang mempunyai dan mengalami tuntunan Allah. Terlebih pada saat itu, mereka sedang menuju negeri yang dijanjikan Tuhan. Ada satu tempat lagi yang dianggap penting, yaitu kemah suci (dalam bahasa inggris disebut tabernacle, diindonesiakan tabernakel). Inilah tempat yang disebut tempat kediaman Allah. Ibadah dan persembahan berlangsung di tempat ini.

Kekhasan kemah suci ini model bangunannya bisa dipindah-pindah. Rancangan bangunan demikian disesuaikan kondisi bangsa Israel saat itu. Mereka tengah di padang gurun. Mereka bergerak dan berpindah-pindah, dalam perjalanan ke negeri yang disebut berlimpah susu dan madu.

Firman Tuhan merupakan penggalan dari bagian yang menggambarkan proses pembangunan kemah suci. Hal menarik adalah seluruh unsur bangsa itu berkontribusi. Baik perempuan maupun laki-laki. Semua pihak menyumbang demi berdirinya kemah suci itu. Ada yang punya kain, disumbangkan. Ada yang punya bulu domba, disumbangkan. Bahkan, mereka yang punya barang dan benda berharga seperti: permata, emas, perak. Mereka tidak ragu-ragu mempersembahkannya demi berdirinya kemah suci.

Luar biasa. Semua tergerak dan terdorong untuk memberi andil dalam pembangunan kemah suci. Sebuah contoh pola partisipatif yang patut ditiru. Gotong royong iman.

Saudaraku, jelas bahwa kemah suci merupakan kebutuhan utama dan penting buat bangsa itu. Mereka rindu dan haus melakukan perjumpaan dengan Allah secara teratur. Kemah suci menjadi tempat yang bisa mewadahi kebutuhan rohani mereka. Di mata mereka, tidak cukup punya kemah pribadi. Harus juga hadir kemah suci dalam kehidupan keagamaan bersama mereka. Tidak cukup membangun kehidupan sehari-hari di kemah masing-masing. Perlu juga kemah suci yang menyatukan iman mereka satu sama lain. Dan terjaganya relasi kokoh bangsa Israel dengan Allah. Ibadah atau doa pribadi di kemah sendiri-sendiri, harus dilengkapi ibadah dan doa di kemah suci secara kolektif, bersama-sama.

Berangkat dari sana, kita berkaca. Sejak dulu hingga kini, orang yang menghormati Yang Ilahi, mau menyisihkan harta bendanya. Potensi pribadi yang mereka miliki, menjadi potensi kolektif. Mereka memberi secara suka rela. Artinya tidak merasa terpaksa atau dipaksa. Namun, lahir dari kesadaran, kecintaan dan perasaan tanggung jawab.

Saudaraku, kiranya hal ini mengingatkan kita atas bangunan fisik tempat ibadah. Bangunan itu bukan sekedar batu-bata-semen dan unsur bangunan lainnya. Gedung ibadah itu mencerminkan kecintaan dan rasa hormat kita kepada Tuhan. Kurang pas, jika kita menyatakan mengasihi Allah lalu tempat ibadahnya terbengkalai. Rusak di sana-sini. Dan dibiarkan terbengkalai. Sementara itu, kita punya potensi memberi, sekecil apapun.

Masa pandemi ini, karena gedung gereja tidak digunakan seperti masa normal dulu. kita tetap setia merawat dan memperhatikan. Sebab di gedung itu menyimpan rasa hormat kita kepada Tuhan. Kita terus memelihara sebagai wujud tanggung jawab.

Kita terus berpartisipasi untuk memelihara, merawat dan menjaga ‘kemah suci’ kita secara fisik. Sekaligus kita terus mengembangkan proses ibadah dan hidup persekutuannya. Kita butuh kemah pribadi (rumah pribadi), hanya jangan abaikan pentingnya juga kehadiran kemah suci (kehidupan bergereja).

Kita berdoa, “Tuhan, tanamkanlah sikap dan perilaku jawab dalam diri kami secara bersama untuk membangun, menjaga dan merawat kemah suci-Mu.

Tuhan, ijinkan kami berdoa kepada-Mu bagi Saudara kami, yang bergumul dengan masalah. Kiranya anugerah dan berkat-Mu selama ini tetap menjadi sumber suka cita. Kesehatan, sejahtera dan kesabaran
hadir dalam hidup mereka. Sehingga hal itu menguatkan dirinya.

Inilah doa kami. Kabulkanlah permohonan kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Keluaran 35:29