Refleksi Harian: Kisah Para Rasul 16:14

Pembaharuan Diri

Burung telah berkicau. Deru kendaraan terdengar. Mentari telah terbiit di Timur. Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa, dan saudara-saudara yang baik. Kita berterima kasih kepada Tuhan, kini kita memasuki hari baru. Seiring dengan itu, kasih-Nya terus menemani kita. Ini adalah modal penting kita menjalani aktivitas di hari Senin ini. Bahan refleksi harian: Kisah Para Rasul 16:14

Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus

Kisah Para Rasul 16:14

Saudaraku, ada seorang perempuan pengusaha. Biasa disapa Lidia. Mengajukan diri untuk dibaptis bersama seluruh isinya rumahnya.

Dia seorang pedagang kain ungu. Kain ungu bukan bahan dagangan biasa. Jaman itu barang mewah yang bisa dibeli kalangan tertentu. Pembuatannya rumit dan harganya mahal.

Dengan gambaran itu, berarti Lidia tergolong orang kaya. Sangat dikenal lingkungannnya. Dia biasa berhubungan dan bergaul dengan orang- orang terpandang. Kaya dan punya jabatan.

Tapi hidup yang bermakna, bagi Lidia tidak cukup sampai di situ. Hidup tidak cuma gelimang harta yang cukup dan teman pergaulan yang bergengsi. Setelah mendengar pengajaran tentang Injil Kristus, ia sadar iman kepada Kristus menuntun kepada hidup yang lebih punya arti.

Pilihan ini, adalah yang kita sebut pertobatan. Perubahan kiblat atau orientasi kehidupan. Arah hidup berubah, demikian pula gaya hidupnya. Lidia tidak lagi jadi bagian yang menyembah kepercayaannya yang lama. Kini, dengan dibaptis pusat keimanannya adalah Kristus.

Saudaraku, pertobatan selalu disertai perubahan. Bahkan bisa berbeda dengan lingkungannya. Karena itu dibutuhkan keberanian. Berani berbeda. Dan itu pun pasti terjadi pula dengan Lidia. Dengan perubahan pilihan imannya, Lidia musti menghadapi reaksi keras lingkungannya. Bahkan bisa kehilangan pembeli dari orang-orang kaya dan terhormat.

Di sinilah, tidak mudahnya menata diri dan bertobat. Ada resiko yang bisa dituai. Dan itu resiko yang bisa merenggut hidup yang tadinya sudah nyaman dan tenang. Tapi, buat Lidia itu semua tidak menghentikan niatnya mengikut Kristus. Bahkan, seluruh keluarganya pun diajak.

Saudaraku, memasuki minggu-minggu adven. Penataan diri menjadi panggilan Allah atas kita. Kedatangan Sang Raja Damai harus disambut dengan bebenah diri. Kita menanggalkan kebiasaan buruk dan digantikan perilaku yang berkenan bagi-Nya.

Kita berdoa: Tuhan, nyalakan api cinta kami kepada-Mu dan sesama kami serta kepada siapapun. Kiranya kami mencintai-Mu dengan sepenuh hati dan membawa suka cita. Kiranya kami diperlengkapi dengan kesediaan hati dan pikiran terbuka atas bimbingan-Mu.

Kami mendoakan saudara yang berulang tahun. Mereka bertambah usianya. Semoga berkat-Mu yang indah bersama mereka. Suka cita, syukur dan panjang umur kiranya Tuhan karuniakan.

Kami berdoa kiranya Tuhan memberkati Saudara kami yang masih sakit. Yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit. Kesembuhan kiranya kelak milik mereka.

Kami mendoakan anak- anak kami yang mulai hari menjalani ulangan pelajaran sekolah. Semoga Tuhan memberi ketekunan, kemauan belajar dan tubuh yang sehat menyertai mereka, sehingga kelak mereka memetik hasil nilai yang baik. Sertai orang tua dan para lansia. Kiranya masa tua mereka Tuhan sediakan keindahannya.

Doa ini, kami naikkan dalam nama Yesus. Amin.

Happy monday.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kisah Para Rasul 16:14