Memberi Dan Memberdayakan
Selamat pagi Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus. Pagi baru telah tiba. Malam yang gelap telah berlalu. Cahaya kasih Tuhan yang menuntun kita terus menemani. Betapa Maha Baik Tuhan kita. Puji syukur. Bahan refleksi harian: Kisah Para Rasul 3:6
Tetapi Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!
Kisah Para Rasul 3:6
Saudaraku, kita sering mendengar kata “kecanduan” (adiktif). Tindakan yang dilakukan karena rasa nikmat, padahal membahayakan kesehatan. Merokok, menggunakan narkoba atau meminum minuman keras, dll. bisa dilakukan lantara kecanduan.
Orang yang kecanduan hidupnya amat tergantung pada benda yang menimbulkan rasa kecanduannya. Orang yang kecanduan minum minuman keras, maka ada rasa ketagihan yang sulit dilawan. Jika ketahihannya tidak dipenuhi yang bersangkutan merasakan kegelisahan dan penderitaan.
Apakah mengemis bisa digolongkan pada tindakan kecanduan? Di sebuah daerah ada yang namanya kampung pengemis. Nama itu dipakai sebab mereka yang tinggal di situ keseluruhannya bekerja dengan mengemis. Yang membuat terkejut, orang pasti punya gambaran rumah-rumahnya gubuk dan buruk. Ternyata tidak. Bahkan, sebuah TV swasta yang melakukan liputan investigasi menemukan adanya rumah mewah.
Jadi, cara mudah mendapatkan pemberian dari orang lain, apakah kecanduan? Yang jelas, pemberian yang keliru menimbulkan kecanduan. Orang itu sangat tergantung pada belas kasihan orang lain. Ia tidak berusaha keras mengubah dirinya.
Saudaraku, Rasul Petrus berjumpa dengan seorang pengemis. Ia melihat orang itu melakukannya karena faktor fisik, kakinya lumpuh. Tentu Rasul Petrus merasa iba. Ia merasakan betapa berat hidup si pengemis. Tapi, ia tidak mempunyai apa yang diminta diharapkan pengemis tersebut. Uang tak ada, benda berharga lain pun tidak punya.
Rasul Petrus tidak bisa memenuhi harapan si pengemis. Tapi itu bukan berarti tidak ada yang diberi. Rasul Petrus menyatakan, “emas dan perak tidak ada padaku.” Artinya, jangan berharap si pengemis memperoleh apa yang sesuai harapannya. Meski demikian, sang rasul bukan berarti tidak bisa memberi yang lebih berguna dari uang.
Justru rasul Petrus mampu hal jauh lebih besar daripada sekedar uang. Ia menyatakan, “ berjalanlah”. Dan ketika pengemis ini kemudian bisa berjalan, maka rasul Petrus telah memberikan lebih daripada yang diminta.
Sejak itu, si Pengemis tidak lagi cuma hidup dari belas kasih orang lain. Dirinya lebih berdaya. Sekaligus ia bisa mencari nafkah dengan cara lebih terhormat. Ia menjadi mandiri. Dengan kelumpuhannya disembuhkan, si pengemis bisa tidak tergantung pada belas kasihan orang lain. Ke sana-kemari tidak perlu lagi membuat repot orang lain. Nasibnya telah berubah.
Jadi, karunia Allah melalui rasul Petrus memperlihatkan Allah mau menolong seseorang, namun bersifat pemberdayaan. Ketagihan karena rasa kemudahan harus berhenti. Dimulai memberi yang lebih berarti.
Saudaraku, firman Tuhan menyatakan terlebih berbahagia memberi daripada menerima. Hanya, kita juga harus memberi yang benar. Ada saatnya kita memberi ikan. Tapi, agar tidak “kecanduan” jangan lupa memberi pancing dan cara mendapat ikan, itu tindakan memandirikan. Lebih baik dan lebih mulia.
Kita berdoa, “ Tuhan kami sungguh telah mengecap baiknya Engkau. Kiranya di hari baru ini, kami tidak kuatir dan cemas melangkah. Karena Engkau baik melebihi keinginan yang kami pikirkan.
Kami serahkan Saudara-saudara kami yang tengah terbaring sakit. Kami mendoakan saudara yang menderita kesakitan. Pertolongan-Mu kiranya hadir bersamanya, sehingga cepat sehat kembali.
Kami mendoakan Saudara kami yang berulang tahun. Di saat ulang tahun hari ini, berkat dan suka cita kiranya Tuhan karuniakan. Demikian juga kesehatan dan panjang umur.
Doa kami ini, kabulkanlah ya Alla. Kami memohon dalam nama Yesus yang bangkit. Amin.
Refleksi Harian: Kisah Para Rasul 3:6