Selagi Diberi Kesempatan
Selamat pagi, opa-oma, ibu-bapak, Saudaraku yang terkasih dalam Kristus. Baik dalam keadaan sehat maupun sakit, kita bersyukur di pagi yang baru. Bahan refleksi harian: Lukas 13:8-9
Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”
Lukas 13:8-9
Saudaraku, hidup itu kesempatan. Selagi kita masih bernafas, maka apapun mungkin bisa kita lakukan. Kesempatan adalah mengandung waktu yang dimiliki namun kelak akan berlalu. Waktunya bersifat singkat. Sehingga jika tidak segera dimanfaatkan akan lewat dengan cepat.
Setiap orang yang masih hidup punya kesempatan, namun berbeda-beda memanfaatkannya. Ada yang memanfaatkan sebaik-baiknya. Joe Biden, presiden Amerika Serikat yang baru saja dilantik berusia 78 tahun. Dalam usia sepun begitu, dia manfaatkan dengan berkarya sampai-sampai dipercayai sebagai orang nomor satu di negara adi daya tersebut.
Sayangnya, ada pula orang yang membiarkan kesempatan berlalu tanpa mengisi dengan hal bermakna secara optimal. Selagi seseorang masih punya orang tua, sekaligus Tuhan memberi kesempatan anak-anaknya mengasihinya. Lalu, apakah setiap anak mengasihi sungguh-sungguh orang tuanya. Tentu ada, dan banyak. Mereka yang memperlakukan orang tua dengan kasih. Cuma, tidak sedikit juga anak-anak yang gagal untuk itu. Sikap melawan orang tua, hidup ugal-ugalan, dan tidak menyantuni orang tua dengan cinta kasih. Hal demikian merupakan contoh-contoh yang mudah ditemui. Jelaslah, anak seperti itu membiarkan kesempatan untuk mencintai orang tua gagal dilaksanakan.
Pada kasus lain, orang tua yang mengabaikan kesempatan mencintai anak-anaknya sendiri, juga tidak sedikit. Kita bisa lihat ada anak-anak yang haus perhatian dan cinta kasih ayah atau ibunya. Mereka melihat ayah atau ibunya lebih banyak menghabiskan untuk orang lain, sedangkan buat mereka sendiri seakan hanya sisa-sisa waktu saja.
Dalam dunia kerja. Seseorang yang diberi kepercayaan untuk menduduki jabatan atau tugas tertentu. Lalu, bukannya mengisi dengan prestasi, malah cuma berleha-leha atau memperkaya diri sendiri. Hal demikian, kesempatan disia-siakan.
Tuhan Yesus memberi perumpamaan, tentang sebatang pohon ara. Tiga tahun sudah pemiliknya berharap dapat memetik buahnya. Apa yang dilihat pemiliknya? Ternyata harapannya tidak terpenuhi. Tiga tahun harapannya tudak menjadi kenyataan. Dia memutuskan memberi waktu tambahan satu tahun lagi, jika pohon ara itu tetap tidak berbuah ia meminta pengurus kebunnya menebang pohon itu. Sang pemilik sudah memberi kesempatan, ternyata ia pulang dari kebunnya dengan tangan hampa. Maka, ia memberi kesempatan terakhir, dan jika tetap saja pohon aranya tidak berbuah, keputusan telah diambil pohon ara itu akan ditebang. Satu tahun yang diberikan itulah kesempatan.
Saudaraku. Kesempatan itu berharga, dan bisa tidak terulang. Hidup Anda dan saya di dunia ini tidak berulang. Hanya sekali saja hidup di bumi ini. Mengutip sepenggal puisi Chairil Anwar, “sekali hidup. Lalu mati”.
Saudaraku, banyak kesempatan yang dikaruniakan Tuhan buat Anda dan saya. Bisa melayani Tuhan, itu kesempatan. Hidup kita dilengkapi kesehatan itu juga kesempatan. Anak-anak kita tengah memasuki masa remaja itu juga kesempatan. Pada saatnya itu semua di atas akan lewat. Maka, jangan biarkan kesempatan itu semua berlalu tanpa kita memberi makna.
Jika kita tidak mengisi berbagai kesempatan yang kita miliki itu sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin, Itu sama dengan pohon ara yang tidak berbuah. Anda dan saya tahu pesan tegas firman Tuhan tadi, konsekwensi jika kita tidak berbuah, ditebang. Kasarnya, “bila hidup kita itu percuma, tidak bisa menghasilkan apa-apa. Maka, kehidupan kita tidak bermakna.”
Saudaraku. Dengan pertolongan Tuhan dan perawatan iman yang rutin dan tekun, percayalah dan bertekadlah bahwa kita bukan pohon ara yang tidak berbuah. Kita berpotensi menghasilkan buah. Sekaligus potensi itu telah dan terus menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Jadikanlah itu tekad kita. Komitmen Anda dan saya.
Kita berdoa, “Tuhan hendaklah Roh Kudus bekerja dalam diri kami agar kami tidak menyia-nyiakan kesempatan hidup yang Engkau karuniakan.
Tuhan, besertalah bersama saudara-saudara kami yang telah lama sakit, agar kiranya Tuhan bersama mereka. Engkau Memulihkan kesehatan, memberikan harapan dan kesabaran atas mereka dan keluarga mereka masing-masing.”
Dalam nama Yesus, doa ini kami naikkan kepada-Mu. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno