Refleksi Harian: Lukas 9:62

Hingga Selesai

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Malam telah berlalu, pagi telah tiba. Kasih Tuhan tetap menyertai kita. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Bahan refleksi harian: Lukas 9:62

Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Lukas 9:62

Saudaraku, Tuhan Yesus dalam memberi pengajaran kerap menggunakan ilustrasi. Ilustrasi yang dipakai agar pesannya lebih mudah diterima. Jelas. Dan tidak membuat kening berkerut. Contoh-contohnya kerap yang berkaitan dengan dunia pertanian atau agraris, seperti: istilah benih, anggur, burung pipit, dsb.

Ilustrasi ini sangat familiar di telinga pendengarnya, karena mereka umumnya punya latar belakang pertanian. Jelas di telinga orang jaman itu, tidak otomatis semua ilustrasi kita pahami. Terutama orang modern yang asing dengan dunia pertanian.

Termasuk masihat Tuhan yang disampaikan kepada seseorang yang berminat mengikut Dia. Nasihat-Nya agar yang bersangkutan bagaikan orang yang membajak tidak boleh menengok ke belakang. Apa artinya? Bisa jadi sebagian besar kita tahu aktivitas membajak tanah, ketika petani menggemburkan tanahnya agar bisa ditanami. Dan sang pembajak harus melihat ke depan.

Artinya, dengan melihat ke depan supaya terus memelihara kesinambungan dengan yang sudah dilakukan. Mengikuti alur yang sudah dibuat. Jika menoleh ke belakang, apa yang dikerjakan berantakan. Dengan kata lain, mengikut Yesus harus fokus pada tujuan. Pikiran, hati, niat tidak bercabang-cabang. Tidak mendua hati.

Saudaraku, John Steven Akhawi adalah pelari Marathon yang mengikuti olimpiade mudim panas 1968 di Mexico. Karena suhu teramat panas pada saat ia berlomba kakinya kena kram. Dia terjatuh, lututnya membentur aspal. Terluka dan tulangnya lututnya bergeser ( dislocation). Sakitnya bukan main.

Jarak yang sudah ditempuh 30 km dari 42 km yang ditentukan. Tapi, John terus berlari dan menjadi pelari terakhir dari 17 orang peserta. Penonton di stadion sudah tinggal sedikit dan sebagian lampu sudah dimatikan. Panitia sudah gelisah dan matahari telah tenggelam.

Crew televisi sudah selesai meliput upacara penyerahan medali pemenang. Namun mereka menerima kabar bahwa ada satu pelari lagi yang masuk stadion dan hampir mencapai garis finish.

Ketika John Steven Akhawi menginjakan kakinya di garis finish, bersoraklah gempita sisa penonton yang ada. Seorang wartawan TV menginterview, “mengapa John terus melanjutkan berlari, karena tidak mungkin juara. John menjawab, “my country didn’t send me 5000 miles to start the race. They sent me to finish the race” (negeriku mengirimku ke tempat 5000 mil jaraknya bukan cuma ikut start lomba, tapi mengirimku untuk ikut lombanya hingga tuntas).

Saudaraku, inilah orang yang fokus. Meski jatuh bangun dan kesakitan, ia terus berkonsentrasi menuntaskan lombanya sampai garis finish. Dia abaikan berhenti di tengah jalan karena beratnya lomba. Kiranya dalam kehidupan iman, kita pun demikian. Terus menjaga kesinambungan hingga tuntas.

Kita berdoa: Tuhan, jadikan kami setia dan fokus menjadi murid-Mu hingga garis finish.

Kami bersyukur dan ikut bersuka cita pada hari ini buat Saudara yang mendapat usia baru. Berkatilah hidup mereka. Limpahi dengan kesehatan, kegembiraan, kebahagiaan dan damai sejahtera. Keluarga mereka pun kiranya merayakannya dengan penuh syukur, kehangatan dan antusias.

Berkati orang tua kami, opa-oma kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, cicit-cicit kami, segenap saudara, kerabat dan terlebih juga pasangan hidup kami. Dia yang Engkau berikan sebagai pendamping hidup kami. Buatlah agar kami tetap setia dan mencintainya.

Doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Happy week end.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Lukas 9:62