Refleksi Harian: Markus 9:38-39

Yesus Milik Semua

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik di dalam kasih Tuhan. Kita masih berjumpa dan berkomunikasi lagi di hari yang baru. Sungguh itu karena kebaikan Tuhan, yang patut kita syukuri. Bahan refleksi harian: Markus 9:38-39.

Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” (39) Tetapi kata Yesus: Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.

Markus 9:38-39

Saudaraku, ketika kita menyatakan bahwa memiliki sesuatu, maka sekaligus kita menyatakan pemilik tunggalnya. Contohnya, hand phone itu milik saya. Berarti tidak boleh tetangga saya atau teman saya menyatakan hal sama sebagai pemilik hp itu. Dengan menyatakan saya yang memiliki, maka jelaslah saya membatasi pemiliknya.

Sama, jika kita menyatakan milik gedung gereja di jalan jatinegara 66 kepunyaan GKP. Pihak lain tidak boleh mengaku selaku pemilik yang sama. Berarti, tidak boleh ada orang yang sembarangan memakainya dengan bebas. Termasuk jika kita menyatakan, “ini suami saya”, “ ini rumah saya”.

Itu hal alami. Wajar. Namun, ternyata tidak bisa diberlakukan untuk semua hal. Jika kita paksakan justru keliru. Inilah yang terjadi pada diri para murid Yesus. Mereka merasa memiliki Yesus. Lalu serentak dengan itu, mereka membatasi nama Yesus hanya boleh hadir di lingkungan mereka saja.

Tepatnya adalah, mereka tidak rela ada orang lain membuat mukjizat dengan nama Yesus. ”Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Mereka keberatan. Mereka hanya mau hanya di kalangan mereka sendirilah kuasa Yesus itu bekerja.

Saudaraku, sikap para murid yang demikian kita bisa pahami. Manakala berkaitan dengan benda-benda seperti ilustrasi di atas. Tetapi, dalam berkaitan dengan Tuhan, itu keliru. Di manakah letak kekeliruannya, saudaraku.

Sikap mereka sesungguhnya membatasi ruang gerak keberadaan kuasa Yesus. Yesus adalah Allah yang hidup. Ia bisa berada di manapun. Kuasa-Nya pun bisa berada di mana saja sesuai kedaulatan-Nya.

Saudaraku, inilah kesalahan mendasar Yohanes. Ia hendak menjadikan Yesus milik eksklusif.
Cuma mereka pemilik satu-satunya. Jadi, Tuhan Yang Maha tak terbatas oleh para murid Yesus hendak “dikurung” di lingkungan tertentu saja.

Suara murid Tuhan ini mencerminkan sikap ketertutupan. Tindakan gegabah yang hendak membatasi kuasa dan kebaikan Tuhan Yesus. Yesus ada di sini, tidak ada di sana. Berkarya di kami, tidak berkarya di mereka.

Saudaraku, karena sikap Yohanes keliru besar, kita lihat Yesus meluruskannya. Pola pikir demikian harus dikoreksi. Kita bisa lihat respon Yesus, ”Jangan cegah dia… barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita Maksudnya adalah Dia ada di mana pun di hati manusia yang tidak punya sikap permusuhan.

Jelas, Yesus bisa bebas berada di manapun. Seseorang bahkan agama sekalipun tidak bisa dan tidak boleh membatasi ruang gerak Yesus yang adalah Tuhan. Yesus bisa hadir dan berkarya pada setiap orang yang menghormati-Nya. Ia bisa hadir pada manusia yang memperlihatkan sikap, perilaku, batin yang tulus.

Hari ini, Saudaraku, kita perlu jiwa besar dan hati yang terbuka menerima bahwa Yesus milik siapa saja. Dan kita tidak membatasi ruang lingkup karya-Nya. Dengan sikap demikian, kita tidak boleh mengatur Tuhan. Justru sebaliknya, kita harus diatur Tuhan. Mana yang boleh dan mana yang tidak. Mana yang benar dan mana yang tidak benar, yang kita harus lakukan.

Kita berdoa, “ ya, Allah. Engkau menciptakan manusia dengan adil. Biarlah kami juga melihat keadilan-Mu, sebagai contoh yang kami praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami berdoa juga buat yang berulang tahun hari ini. Tuhan karuniakan mereka usia yang baru. Semoga dengan usia masing-masing Engkau memberi berkat, suka cita dan panjang umur. Beriikanlah mereka kesehatan. Semoga keluarga masing-masing berbahagia atas hari spesial ini.

Tuhan, sembuhkanlah saudara-saudara kami yang sakit. Ulurkanlah belas kasih-Mu dan cinta-Mu kepada mereka.

Semoga hari ini, kami menjalani hidup dengan senyum dan syukur karena Tuhan beserta kami. Dalam Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Markus 9:38-39