Refleksi Harian: Matius 22:16b-17

Memuji Dengan Tulus

Selamat pagi, bapak-ibu, eyang kung-eyang ti, mas-mbak dan seluruh Saudaraku yang baik. Mari kita sambut pagi yang baru dengan hati penuh syukur. Kita akan menjalaninya bersama Tangan Tuhan yang menggenggam tangan kita. Bahan refleksi harian: Matius 22:16b-17

Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. (17) Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”

Matius 22:16b-17

Saudaraku, setiap orang senang pujian. Ketika kita bekerja sungguh-sungguh, lalu ada berkomentar, ”saya senang saudara telah melaksanakan tugas dengan serius dan baik” Tentu meski telah lelah bekerja, begitu mendapat ungkapan demikian, kelelahannya seakan tidak sia-sia. Senang, lantaran pekerjaannya diperhatikan orang.

Pujian itu bagaikan bumbu kehidupan. Membuat hidup terasa lebih indah. Kita merasa diri kita mempunyai tempat dan pengakuan. Namun, buat orang yang licik, pujian tidak selalu tulus. Bisa di balik pujian terdapat motif dan maksud buruk.

Orang suruhan dari orang Farisi dan Herodian memuji Yesus. Bisa dikatakan ‘tumben’. Mereka mengungkapkan pernyataan bernada pujian manis, ”Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.”

Pujian yang membuai. Orang biasa bisa terlena. Pujian tadi sungguh tepat. Betul- betul pujian itu sesuai fakta yang melekat pada Yesus.

Meskipun demikian, nanti dulu. Perlu kehati-hatian menyikapinya. Setelah pujian belum selesai. Ternyata diikuti pertanyaan jebakan. Di belakang pujian itu mereka sudah menyiapkan pertanyaan yang bisa mencelakan Yesus. Mereka melakukan serangan halus, ”Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”

Ini pertanyaan yang salah menjawabnya akan mendiskreditkan Yesus. Kesalahan menjawab akan berakibat panjang, dan itu menjadi kekeliruan yang disaksikan orang banyak.

Pertanyaan itu, diawali pujian yang membuai. Tapi, rupanya menyimpan maksud buruk dan niat busuk. Mengapa? Karena pertanyaan, ”bolehkah membayar pajak?”, bisa melahirkan dua jawaban.

Jika Yesus menjawab boleh, berarti Yesus pro bangsa Romawi, yang tengah menjajah Israel. Bangsa Romawi berkuasa dengan menindas. Dengan jawaban membolehkan, itu sudah cukup bukti Yesus mengkhianati bangsanya sendiri.

Jawaban kedua, jika jawaban Yesus menolak membayar pajak. Maka, itu bisa dilaporkan ke penguasa Romawi. Yesus dianggap pemberontak politik.

Sungguh licik mereka. Tapi, mereka tidak menyangka Yesus punya jawaban jenius. Yang mereka tidak pernah sangka. Yesus meminta mereka menunjukkan uang dinar. Agar mereka melakukan sesuai dengan gambar yang tertera pada uang itu, yakni kaisar.

Saudaraku. Jika kita bertemu seseorang yang baik, rajin, setia, jangan ragu untuk memuji. Memuji sebagai bentuk apresiasi tanpa diembel-embeli niat buruk dan maksud tidak murni. Kita memuji dengan tulus. Sebab, di balik pujian juga ada niat berbeda dengan ungkapan pujian. Itu seperti pengalaman Yesus. Atau ada juga memuji untuk ‘menjilat’, faktanya jelek tapi pujiannya setinggi langit. Mengapa dilakukan? Yakni ingin mencari keuntungan.

Kita berdoa, “Tuhan, ajarlah kami memuja dan memuji dengan tulus dan murni. Demikian terhadap sesama kami.

Bersama-Mu kami melangkah hari ini. Dan karena itu, hari ini kami terberkati. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Matius 22:16b-17