Merangkul Kembali
Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, seluruh organ tubuh kita berfungsi. Jika pun kita tengah menderita sakit, Tuhan memberi kesabaran dan daya tahan menanggungnya. Untuk itu, kita patut tetap mengucap terima kasih kepada Allah. Bahan refleksi harian: Matius 7:3
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
Matius 7:3
Saudaraku, suatu hari terjadi percakapan dari hati ke hati, antara seorang pria dan Tuhan.
Pria: “Tuhan, mengapa istri saya cantik sekali?”
Tuhan: “ itulah sebabnya kau mencintainya”.
Pria: “ Tuhan, mengapa istrinya rajin sekali?”
Tuhan: “ itulah sebabnya kau mencintainya”.
Pria: “ tapi, Tuhan mengapa ia bodoh sekali?”
Tuhan pun menjawab: “itulah sebabnya dia mencintaimu!”
Saudaraku. Pesan dari percakapan yang bernada jenaka tadi, adalah ketika kita membuka kelemahan orang lain, maka akan menyingkapkan diri sendiri. Jika istrinya tidak bodoh, tentu ia akan pilih pria lain. Pria yang punya kelebihan dari yang seorang suaminya sekarang.
Saudaraku, selumbar punya banyak arti. Bisa untuk menunjuk serpihan jerami yang kecil. Atau, bisa pula dipakai untuk sehelai rambut yang terbang ke mata. Kata ini merupakan kiasan yang dipakai Yesus untuk menggambarkan kesalahan kecil sekali.
Orang yang suka menghakimi adalah orang yang mencari-cari kesalahan. Termasuk mengungkit kesalahan yang teramat sepele. Sementara itu, abai dengan kesalahannya sendiri yang jauh lebih besar. Yakni, ada balok di matanya”.
Saudaraku, Tuhan Yesus mengajak janganlah kita punya sifat demikian. Orang yang berperangai demikian, semangat sekali menemukan serta mengekspos kelemahan sesama. Tapi, lemah sekali bertekad memperbaiki diri. Dia sangat toleran atas kesalahan dan kelemahannya. Sedangkan kepada sesama ia menuntut kesempurnaan diri terlalu tinggi.
Tuhan Yesus setelah bangkit, Dia tidak menghakimi murid-Nya satu persatu. Malah, Ia cari mereka. Dia menampakkan diri di danau Tiberias. Dan makan ikan bersama murid-muridNya di sana. Dia mau mendengar sesumbar Tomas yang tidak akan percaya kebangkitan tanpa bukti. Semuanya Dia lakukan bertujuan merangkul kembali mereka.
Dengan demikian, sikap Yesus yang mengampuni mereka membuat mereka bersatu lagi. Utuh kembali. Semua diterima dan diperbaiki. Lain halnya, sifat menghakimi. Tindakan menghakimi akan menimbulkan relasi terganggu. Ada pihak yang merasa benar dan ada pihak yang dinilai bersalah sekali.
Saudaraku, jika hari ini kita melangkah menjalani kehidupan. Introspeksi lebih dulu sebelum cepat-cepat mempersalahkan orang lain. Tengoklah diri kita, sebelum telunjuk diarahkan ke pihak lain. Niscaya, kita melangkah lebih arif membangun relasi dengan sesama.
Kita berdoa: “Tuhan ajarlah kami untuk berkaca diri agar tidak cepat melihat kelemahan dan kesalahan orang lain.
Tuhan, jamahlah saudara-saudara kami yang sakit. Saat ini dirawat di rumah atau di rumah sakit. Kiranya pemulihan dan sehat kembali Tuhan karuniakan atasnya.
Seluruh doa ini, kami panjatkan dalam satu nama Yesus Kristus. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno