Refleksi Harian: Yesaya 9:4

Damai Dengan Menerima Kristus

Selamat pagi, ibu-bapak, Opung, Saudara-saudaraku yang baik. Inilah hari Sabtu dan Tuhan menyediakan waktu untuk kita isi. Sekaligus hari kita berjumpa dengan kebaikan Tuhan. Bahan refleksi harian: Yesaya 9:4

Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api

Yesaya 9:4

Saudaraku, ada motto jika ingin sebuah negeri hidup damai, maka perkuatkanlah kekuatan militernya. Dengan pendekatan demikian, negeri lain tidak akan berani coba-coba mengganggunya. Karena bangsa lain sadar jika bertindak mengganggu, akan dipukul mundur oleh negeri yang punya kekuatan militer lebih besar. Contoh jaman kini, Amerika Serikat. Karena kekuatan militernya, Tidak ada sebuah negara menyerang negeri paman Sam itu. Sampai sekarang tidak ada dalam sejarahnya yang berani mengusik negeri itu.

Sungguh masuk akal asumsi itu. Dan bisa jadi banyak pengalaman yang mendukung kebenarannya. Serangan terbuka gampang akan mudah dipatahkan Amerika Serikat. Terkecuali yang diam-diam, yang dilakukan Osama Bin Laden. Para teroris berhasil menyerang gedung-gedung lambang kedigayaan Amerika Serikat. Twin tower simbol kekuatan ekonomi. Sedangkan gedung pentagon melambangkan kekuatan militer Amerika Serikat. Tahun 2001 Amerika Serikat diserang oleh teroris dengan mempergunakan pesawat bukan militer.

Apakah ada selain teori dan anggapan demikian agar sebuah negeri hidup damai? Ternyata ada. Negeri Swiss meski tidak punya kekuatuan militer canggih dan personalia tentara yang hebat, dalam sejarah tetap damai. Tidak bertikai apalagi berperang.

Saudaraku, selain itu Allah mempunyai cara sendiri membangun negeri damai. Lambang militer yakni sepatu tentara dan jubah harus digantikan cara baru. Pendekatan Allah dengan mengirim putra-Nya. Kristus Sang Raja damai hadir di dunia. Dia memerintah dengan mengubah hati dan gaya hidup.

Saudaraku, situasi jaman Yesaya, umat Tuhan mengalami perpecahan. Kerajaan yang satu disebut Israel dengan ibu kota Samaria. Sedangkan kerajaan yang satu lagi kerajaan Yehuda. Ibukotanya Yerusalem. Mereka tidak rukun satu sama lain, itu berlangsung ratusan tahun. Jaman Tuhan Yesus ketegangan masih terjadi di antara mereka.

Nabi Yesaya bernubuat, bahwa kehidupan harmoni ditentukan Raja Damai. Kerajaan itu akan bebas dari perseteruan dan penderitaan dengan datangnya Raja Damai. Dia yang kita imani ada pada sosok Yesus. Ia yang kemudian mati dan bangkit.

Saudaraku, poin yang patut kita renungkan, kedamaian sejati itu bukan ditentukan oleh karena kita menyandang senjata. Seolah-olah dengan senjata tidak akan ada yang mengganggu. Di Amerika Serikat kita dapat membeli senjata secara legal. Apakah kemudian lebih damai? No. Tidak. Ternyata, banyak kasus penggunaannya yang mengakibatkan jiwa-jiwa tidak berdosa mati. Baru-baru ini terjadi penembakan kepada orang yang tidak berdosa. Dari waktu ke waktu terulang lagi- terulang lagi.

Kedamaian sejati lahir dari hati yang menerima Kristus dalam hatinya. Membuka diri untuk mengikuti model kehidupan-Nya. Ketika, keyakinan itu kuat tertanam pada diri kita. Maka kita tidak menyimpan kebencian atas orang lain. Saudara dan sesama membangun hidup dengan rukun. Musuhpun merasakan ada bara di kepalanya (merasa malu) karena sikap permusuhan mereka dibalas dengan kebaikan.

Pada hari Jumat Agung, Kristus disalibkan. Sabtu suci ini Ia turun ke dalam kerajaan maut, Ia mematahkan sumber ketakutan manusia yakni maut. Dengan karya-Nya kehidupan yang menang bukan kematian. Spirit kedamaian menang atas spirit permusuhan. Dengan demikian, kita menanti paskah esok hari dengan hati, pikiran dan emosi yang dibingkai kedamaian. Kegelisahan ditanggalkan. Balutan hidup kekerasan dibuang, digantikan kelembutan dan kasih sayang.

Kita berdoa, Allah, Engkau yang mengutus Putra-Mu, menderita dan kelak mengalahkan kerajaan maut. Mampukan kami, membuka diri agar Dia memerintah dalam hati dan pikiran kami. Sehingga damai dapat kami hadirkan dalam relasi sesama kami.

Semoga hari ini kami mengisi Sabtu suci dengan penuh damai. Doa kami ini, kami mohon dalam nama Yesus Tuhan kami. Amin

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Yesaya 9:4