Refleksi Harian: Yohanes 15:15

Sahabat Terbaik

Selamat pagi, baoak-ibu, kakek-nenek dan Saudara-saudaraku yang baik di dalam kasih Tuhan. Kita masih berjumpa dan berkomunikasi lagi di hari yang baru. Sungguh, itu karena kebaikan Tuhan, yang patut kita syukuri. Bahan refleksi harian: Yohanes 15:15

Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku

Yohanes 15:15

Saudaraku, konon orang yang berbahagia adalah orang yang punya jalinan persahabatan. Persahabatan dengan teman satu gereja, satu komplek perumahan, komunitas profesional, dll. Sedangkan yang miskin persahabatan, hidup menyendiri, kurang pergaulan sosial, adalah orang yang kadar kebahagiaannya rendah.

Mengapa? Karena persahabatan yang kuat dan tulus dengan seseorang akan menghasilkan efek emosi yang positif. Ada keceriaan yang lahir. Membawa ketentraman hati. Sahabat yang baik tidak akan lupa membelikan oleh-oleh sesedehana apapun saat bepergian. Saat dihadang kesulitan atau sakit, seorang sahabat akan hadir dengan perhatiannya. Menghibur dan menguatkan. Seorang sahabat merupakan sosok karunia pemberian Tuhan yang indah dalam relasi antar manusia.

Karena itu, betapa berartinya kehadiran sahabat dalam hidup kita. Dan betapa hambarnya hidup manakala tak punya sahabat. Saat susah tidak ada tempat mengadu. Saat senang tidak ada sosok yang mau dibagi. Orang bijak mengatakan, “hidup yang amat berharga tatkala di dalamnya terdapat persahabatan sejati”.

Saudaraku, sesungguhnya hidup Anda dan saya sepatutnya lebih berharga lagi. Dan bahkan semestinya ada kebahagiaan yang kita miliki. Sebab, bukan cuma persahabatan manusiawi yang kita miliki. Ternyata, Tuhan Yesus pun mengakui kita sahabatnya. Berarti, Tuhan Yesus hendak bergaul akrab dan hangat dengan kita. Kita punya relasi pribadi (personal).

Bahwa kita adalah sahabat Tuhan itu pengakuan Tuhan Yesus sendiri. Jika kita yang mengaku-aku atau mengklaim diri sebagai sahabat-Nya, siapakah kita? Kita makhluk yang berdosa. Status kita insan yang masih penuh kelemahan. Sedangkan Dia maha suci. Kebaikan-Nya tiada bertara. Dia dan kita laksana bumi dan langit.

Firman Tuhan yang menegaskan sendiri, kita bukan hamba. Sesungguhnya kita sahabat. Sahabat adalah level relasi lebih tinggi dan indah daripada hamba. Sebagai sahabat kita diperkenan bergaul lebih akrab dan dekat, tidak demikian halnya dengan hamba.

Inilah kebahagiaan sejati kita. Tuhan Yesus mau dekat sekali dengan kita dan Dia hadir di masa baik (good times) maupun di masa sulit (bad times) yang kita tengah jalani.

Saudaraku, sebagaimana persahabatan insani kita dengan sesama kita, kita perlu merawat dan menjaganya. Maka, persahabatan dengan Tuhan Yesus pun jangan sampai retak apalagi putus. Kita patut punya pikiran yang benar. Perbuatan yang benar dan cara hidup yang benar. Yakni yang sesuai dengan keinginan Allah. Dengan semua itu semoga persahabatan dengan Tuhan Yesus terjaga dan lestari hingga akhir hidup kita.

Kita berdoa: Tuhan, kami mensyukuri hidup yang dijalani yang di dalamnya ada persahabatan sejati. Terlebih, Engkau adalah Sahabat Terbaik kami. Engkaulah Sahabat setia kami.

Kami berdoa juga buat yang ulang tahun. Tuhan, Engkau karuniakan mereka usia yang baru. Semoga dengan usia baru itu, Engkau memberi mereka berkat, suka cita dan panjang umur. Beriikanlah mereka kesehatan. Semoga keluarga masing-masing berbahagia atas hari spesial ini.

Tuhan, sembuhkanlah saudara-saudara kami yang sakit. Ulurkanlah belas kasih-Mu dan cinta-Mu kepada mereka.

Semoga hari ini, kami menjalani hidup dengan senyum dan syukur karena Tuhan beserta kami. Dalam Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Yohanes 15:15