Refleksi Harian: Zefanya 3:17

Allah Mengenal Kita

Selamat pagi, ibu-bapak, opa-oma dan saudara-saudaraku yang baik. Ketika kita bangun di pagi ini, di antara kita ada yang tubuhnya sehat. Ada juga yang justru masih terbaring sakit. Meskipun demikian, kiranya kita tetap bersyukur kepada Tuhan. Dengan bersyukur itulah, kita mengakui masih banyak hal yang kita terima dari Allah. Bahan refleksi harian: Zefanya 3:17

TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai

Zefanya 3:17

Saudaraku, bagi penggemar olah raga bulu tangkis di seluruh Indonesia merasa girang. Tatkala Indonesia mengalahkan Cina dan membawa pulang piala Thomas Cup. Kemenangan selalu membawa kegembiraan. Mereka yang memberi andil kemenangan segera dijuluki pahlawan kemenangan.

Bagaimanapun untuk sampai pada pencapaian itu, tim Indonesia tentu berjuang keras. Displin latihan. Menjaga kesehatan yang ketat di tengah pandemi. Kedekatan dan kekompakan antar pemain, dan pelatih dengan pemain. Pengelolan ketegangan emosi saat akan bertanding. Dsb. Sehingga kemenangan merupakan buah manis dari perjalanan panjang.

Saudaraku, Tuhan bersorak sorai. Suatu ungkapan ekspresi kegembiraan besar. Ya, Tuhan senang sekali. Mengapakah begitu gembira menguasai hati Tuhan. Tentu bukan karena peristiwa olah raga, seperti yang kita alami. Melainkan kemenangan orang Israel yang berada di negeri pembuangan.

Menang atas apa? Menang atas pola hidup dan pola kepercayaan yang ada di negeri pembuangan. Mereka tetap setia setelah 70 tahun setelah hidup di tengah godaan besar itu. Umat Tuhan menjaga hidup kesucian. Dan mereka tidak hidup dalam kepalsuan.

Saudaraku, hidup bukan di negeri sendiri apalagi statusnya sebagai bangsa yang dibuang, pasti menyedihkan. Kegairahan hidup menurun. Kekecewaan jauh lebih dominan. Meski demikian, Tuhan mengenal mereka. Di manapun mereka berada tatkala mereka setia, maka Allah mendatangkan keselamatan. Mereka bisa menang di tengah godaan dan ujian kehidupan.

Dalam sebuah acara National Geographic meliput kehidupan induk penguin dan anak-anaknya. Digambarkan induk itu mencari ikan di laut agak dalam, sedangkan anak-anaknya menanti kepulangan induknya. Ribuan anak-anak penguin berada di pantai.

Begitu para induknya pulang dengan ikan yang dibawa lewat paruhnya. Ia mencari anaknya masing-masing. Mereka semua berjumpa dan menemukan anaknya masing-masing. Padahal ribuan anak-anak penguin itu, warna bulunya sama, hitam dan putih. Gaya jalannya sama. Satu sama lain bagai kembar. Untuk saya sulit membedakan. Tapi tidak untuk para induknya.

Saudaraku, Allah mengenal umat-Nya. Dia juga mengenal kita. Dan karena itu kasih Allah tidak meleset. Tepat pada sasaran. Kebaikan Allah itu begitu tertuju pada kita maka tidak akan pernah salah alamat. Belajar sikap anak-anak penguin. Mereka sabar menanti di pantai. Mereka tetap setia menanti. Karena kelak induknya pulang dan pasti induknya senang melihat dan menjumpainya.

Kiranya kita terus dan tetap menjadi pemenang dalam kehidupan. Dan Allah pun bersorak sorai. Bersuka cita melihat pola hidup dan kesetiaan kita.

Kita berdoa: Tuhan, jadikan kami pemenang dalam kehidupan bukan pecundang. Bukan yang kalah dan melepas kesetiaan.

Kami berdoa untuk kesehatan dan keselamatan diri kami. Jauhkanlah dari bahaya. Hindarkanlah dari sakit-penyakit. Khusus, buat mereka yang tubuhnya lemah dan memerlukan perawatan. Ulurkanlah pertolongan-Mu yang ajaib. Sehinggga cepat pulih dan sehat kembali.

Bagi yang berulang tahun, semoga rahmat dan kebaikan-Mu turun atasnya. Ia sungguh-sungguh rasakan suka cita di hari istimewa ini.

Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Zefanya 3:17