Oleh Pdt. Supriatno
Bacaan: Bilangan 11:4
Selamat pagi, seluruh Saudara-saudaraku yang baik. Puji Tuhan, kita masih diperkenankan masih bernafas dan menghirup udara hari baru.
Firman Tuhan hari ini, “Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging? “
Bilangan 11:4
Saudaraku, kita sering mendengar umpatan “bajingan”. Khususnya terlontar dari perasaan kesal atas ulah seseorang. Bajingan itu pencoleng. Suka mengambil harta atau sesuatu kepunyaan orang lain. Mantan gubernur DKI Jakarta, dengan nada kesal dan marah pernah menyatakan, “Saya sudah betul – betul muak dengan kemunafikan. pejabat…ini benar – benar santun bila berbicara dengan saya namun bila di belakang saya mereka itu bajingan semua.”
Ya, di setiap jaman dan di mana pun, dalam sebuah masyarakat selalu ada anggotanya yang jadi bajingan. Mengambil bukan haknya, dan orang lain dirugikan. Pengalaman orang Israel saat hidup di padang gurun berhadapan dengan para bajingan, pencoleng. Mereka dengan rakus mengambil dan menghabiskan persediaan makanan bersama. Teganya. Yang lain akhirnya perutnya lapar. Dan memang para bajingan tidak punya perasaan dan urat malunya sudah putus. Mereka hanya memikirkan kesenangan sendiri. Masa bodoh jika tindakannya membuat orang lain menderita.
Efek dari tindakan para bajingan alias pencoleng langsung terasa. Makanan habis. Umat Israel menangis sampai di depan kemah nabi Musa. Yang lapar mengeluh pada sang nabi, Bahkan menggugat nabi Musa, yang berinisiatif membawa mereka keluar dari Mesir. Menurut mereka, hidup di Mesir sebelumnya tidak mengenal kekurangan. Daging, Ikan dan sayuran berlimpah.
Tidak berhenti di situ, nabi Musa yang mendapat tekanan psikologis, selanjutnya juga mengeluh kepada Allah. Ia merasa Allah menaruh beban terlalu besar dan berat di pundaknya. Ada efek domino. Bangsa itu mengeluh kepada nabi Musa, sang nabi mengeluh kepada Allah. Demikian besar efek yang diakibatkan tindakan tercela para bajingan. Terjadi efek keluhan kolektif. Keluhan bukan cuma satu-dua orang, melainkan keluhan orang banyak.
Saudara, kehidupan bersama bisa terganggu oleh kehadiran dan ulah para bajingan. Termasuk di jaman ini, kemakmuran masyarakat dan bangsa kita terhambat karena banyak dicoleng. Di negeri ini yang dicoleng jauh lebih besar daripada jaman Israel di padang gurun. Dan para pencoleng itu menyembunyikan hasil curiannya di bank-bank di luar negeri. Konon di bank-bank luar negeri ada uang trilyun rupiah simpanan para pencoleng.
Kita tidak mau negeri kita disebut negeri pencoleng atau bajingan. Dan sebagai orang kristen seharusnya tidak boleh menjadi bagian para pencoleng atau bajingan. Sebab, kita dididik firman Tuhan bukan untuk merugikan orang lain, melainkan menghadirkan suka cita buat yang lain. Kita diminta Tuhan membangun kesejahteraan bersama, bukan menggerogoti milik bersama. Kita tidak diasuh ajaran agama untuk menjadi bajingan tetapi menjadi orang bermartabat.
Tapi, siapa yang berani menyangkali jika di antara bajingan itu ada pula orang kristennya. Mereka yang kata-katanya berbeda dengan yang dilakukannya. Antara ucapan dan perbuatan seperti jauh bara dari api. Bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.
Nabi Musa dan umat Tuhan sama-sama mengeluh ulah mereka yang merusak kemakmuran bersama sebagai bangsa. Ingat bahwa di manapun suka ada bajingan. Terlebih di tempat-tempat di mana di situ ada harta milik bersama. Lebih parah mereka berlindung di bawah ajaran agama. Kita mendukung pemimpin nasional dan bangsa yang mendatangkan kemakmuran bukan malah mendatangkan tangisan sesal. Kita rindu punya pemimpin dakam budang apapun yang punya rekam jejak lebih banyak memberi daripada mengambil, ya.. jangan pemimpin yang mengambil bukan haknya. Semoga kita, Anda dan saya tidak tergolong suka mengambil bukan hak kita. Betapa buruk umpatan, “ dasar bajingan.
Kita berdoa, “Tuhan, kiranya kami dapat hadir dalam kehidupan bersama sebagai berkat. Sehingga kami tidak mau mengambil yang bukan hak kami. Dan kami tidak merugikan kehidupan bersama, baik di gereja maupun di masyarakat.
Berkati kami dengan segala kerinduan dan harapan terbaik kami untuk orang yang kami kasihi. Kami berdoa dan berharap agar ayah-ibu kami, anak-anak kami, pasangan hidup kami, saudara sekandung kami, para sahabat, Tuhan naungi mereka.
Seluruh doa ini, kami panjatkan dalam nama Yesus, Tuhan kami. Amin.