Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi ibu, bapak, mbak, mas, oma, opa, dan saudaraku yang baik. Semoga pagi ini kita menghirup udara yang baru sambil mengucap syukur kepada Allah. Sebab Allah kita adalah Allah yang baik, dan Ia yang memberi usia kehidupan atas kita.
Firman Tuhan yang hendak kita renungkan, adalah 1 Petrus 2:9.
Namun, kamu adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani , bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri supaya kamu dapat memberitakan kebaikan-kebaikan-Nya, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan menuju kepada terang-Nya yang ajaib.
Saudara kita kenal burung bernama pinguin. Unggas yang hidup di Kutub Utara. Sebuah wilayah bumi yang amat dingin. Ketiak kita memperhatikan gaya jalan dan sosok fisik serta wana bulu pinguin, kita melihat semuanya sama. Warnanya hanya hitam dan putih, dan caranya jalannya hampir sama, langkahnya pendek-pendek. Semuanya serba sama satu sama lain. Kita pasti sulit menentukan dan membedakan satu sama lain. Meskipun demikian, sang induk pinguin pasti sangat mudah menentukan dan menemukan anaknya di antra puluhan pinguin yang lain. Relasi yang dekat antar induk dengan anaknya membantu induknya mengetahui yang mana anaknya dan yang bukan.
Begitu juga manusia, yang berasal dari satu etnis atau ras mempunyai banyak kesamaan. Etnis Cina pada umumnya mata sipit, berkulit kuning, dan rambutnya lurus. Umumnya seperti itu. Tak terkecuali orang yang berasal dari Etnis Arab. Hidungnya mancung, lelakinya banyak berkumis dan berjanggut, serba serupa.
Dari etnis dan ras yang sama, maka ada kebiasaan dan pola hidup yang sama pula. Orang Indonesia secara umum punya kesamaan satu dengan yang lain. Entah selera makan, cara berbusana, cara menyapa, kepribadiannya dan hampir keseluruhan punya kemiripan. Tapi Allah kita tidak sulit mengenali kita dibandingkan dengan orang Indonesia lainnya. Hal ini karena status kita di mata Allah berbeda. Allah mengenali kita di antara orang Indonesia lainnya. Sebagai orang Kristen kita memiliki posisi khas.
Firman Tuhan menyatakan kita disebut bangsa pilihan. Iman kita kepada-Nya membedakan Allah. Allah yang mengenal dan mengasihi kita membuat kita berbeda. Relasi Allah yang menyelamatkan kita menjadikan kita lain. Di tengah kesamaan kita dengan orang Indonesia lainnya, iman kita menjadikan kita unik, tidak sama dengan yang lainnya. Sekaligus pilihannya menjadikan kita berbeda pula.
Namun bukan asal beda, kita berbeda selain status juga tugas. Ya di pundak kita terdapat tugas atau misi. Dikatakan kita adalah Imamat yang Rajani. Apa arti Imamat yang Rajani? Di era Perjanjian Lama, imam berfungsi sebagai perantara umat dengan Tuhan, namun dengan pengorbanan Kristus tidak lagi memerlukan perantara. Kita dapat berkomunikasi langsung dengan Allah. Sebagai imam kita menuntun orang lain mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Ingat yang jadi imam itu adalah semua orang yang beriman kepada-Nya, bukan hanya laki-laki. Seperti opini yang sering kita dengar.
Saudaraku, seiring dengan status sebagai kita sebagai imam, posisi kita sangat dekat dengan Tuhan. Untuk itu kita jangan jauh atau menjauhkan diri dengan Tuhan. Dulu imam menjadi penyambung lidah umat yang berdosa kepada Tuhan, kini mewakili diri sendiri. Itu berarti posisi kita teramat dekat dengan Allah. Semoga hari ini kita tidak jauh-jauh dan tidak pernah berpikir menjauh dari Allah. Kita dekat dan tetap ingin mendekat.