Pdt. Hariman A. Pattianakotta
Ruang publik sering dipahami sebagai ruang kontestasi. Namun, ruang publik dapat juga dimaknai sebagai ruang kooperasi. Kontestasi dan kooperasi adalah bagian dari realitas publik. Memaknai ruang publik sebagai ruang kooperasi, tempat kerja bersama antar aktor dan institusi publik, menjanjikan masa depan bersama dan transformasi yang relevan dan signifikan.
Jurgen Habermas mendefinisikan ruang publik sebagai ruang diskursif yang plural dan rasional. Inilah ruang komunikatif dari aktor-aktor yang rasional untuk mewujudkan bonum commune atau kebaikan bersama. Hannah Arendt mengartikan ruang publik sebagai “ruang penampakan atau penampilan”. Dalam ruang ini terjadi negosiasi dari berbagai aktor untuk memenuhi kebutuhan oikos atau rumah tangga.
Universitas, gereja atau agama, dan masyarakat adalah tiga area publik yang saling membutuhkan untuk menciptakan keluarga dan publik yang sejahtera. Kooperasi di antara ketiga aktor/institusi publik ini (universitas, gereja, dan masyarakat) akan mempercepat kesejahteraan keluarga-keluarga dalam ruang publik tertentu.
Festival Durian dan Kreasi Kecis
Festival Durian dan Kreasi Kecis di desa Kecis, Wonosobo, adalah wujud kooperasi antara tiga aktor/institusi publik: Universitas Kristen Maranatha, GKJ Pepantan Kecis, dan Pemerintah Masyarakat Desa Kecis. Tahun 2017 UK. Maranatha menjalin relasi dan kerjasama dengan GKJ Pepantan Kecis. Gereja melalui warga jemaat yang juga warga masyarakat membuka ruang komunikasi dan kooperasi dengan masyarakat melalui pemerintah desa Kecis. Desa Kecis kemudian menjadi desa binaan UK. Maranatha sejak 2018.
UK. Maranatha mengirim dosen-dosen secara berkala untuk melakukan diskusi, seminar, dan pelatihan untuk pemberdayaan warga desa Kecis. Mahasiswa juga terlibat dalam proses-proses penelitian dan pengabdian bersama para dosen. Mereka berkolaborasi untuk membangun masyarakat yang berlatarbelakang petani dan wirausaha kecil.
Festival Durian dan Kreasi Kecis adalah salah satu upaya memperkenalkan produk desa Kecis kepada masyarakat luas. Petani dan ibu-ibu PKK dapat menjual langsung produk olahan mereka di arena festival.
Konsistensi dan Kontinuitas
Festival Durian dan Kreasi Kecis 2020 sudah selesai dengan sangat memuaskan. Namun, konsistensi dan kontinuitas untuk berkreasi, berjejaring, dan mengembangkan potensi dan sumber daya yang dimiliki sangat perlu dilakukan terus.
Karena itu, spirit kolaborasi antar aktor/institusi harus terus dipupuk. Sumber daya yang ada di Universitas, Gereja/Agama dan masyarakat serta pemerintah desa harus dimaksimalkan. Orientasinya adalah kemajuan dan kesejahteraan warga desa/keluarga dalam jangka menengah dan panjang.
Jemaat atau masyarakat tidak boleh berpikir instan, seperti mengharapkan bantuan tunai dalam kurun waktu tertentu. Ilmu, ketrampilan, etos, jejaring, adalah modal yang jauh lebih berkekuatan dan awet. Seandainya gereja, masyarakat dan universitas dapat berkolaborasi dengan apik, maka transformasi ruang-ruang publik dan kesejahteraan keluarga-masyarakat akan mendapatkan fondasi dan masa depan yang cerah.