Hidup Tulus

Selamat pagi, oma-opa, ibu-bapak dan Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan. Kita berterima kasih kepada Tuhan, semalam kita dapat menutup mata, membaringkan diri dan beristirahat. Dan pagi ini kita menghirup udara pagi yang baru. Refleksi hari ini akan mengajak kita memaknai hidup tulus.

Firman hari ini adalah, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik”.

Roma 12:9

Saudaraku, ada seorang penyanyi rock Indonesia yang cukup terkenal, Achmad Albar. Kini usianya sudah tua. Tapi, sebagian orang masih mengingat sebuah lagunya yang menyatakan, “dunia ini panggung sandiwara”. Ya, menurut lagu ini, kehidupan ini penuh cerita. Dan setiap orang melakukan perannya. Ada peran wajar dan peran pura-pura. Syair lagu ini banyak yang menyukai karena dapat secara pas menggambarkan kenyataan sesungguhnya kehidupan ini.

Saudara, jika kita membaca firman tadi di atas, ada unsur pengakuan bahwa memang hidup itu betul sandiwara. Hanya memang sebagai orang kristen tidak dianjurkan. Sebab, orang yang bermain sandiwara tidak memperlihatkan jati diri sebenarnya. Orang kristen tidak boleh melakukan sesuatu dalam tujuan pura-pura. Anda atau saya bisa tidak merasa nyaman menjalankan peran pura-pura: pura-pura bahagia, pura-pura rajin, pura-pura ramah, pura-pura baik hati, pura-pura menolong, dsb.

Di sini, kita dianjurkan agar jangan mempraktikkan kasih yang pura-pura. Berarti tindakan kasihnya tidak tulus. Ada motif tersembunyi di balik apa yang dilakukan. Pepatah kita mengatakan “ada udang di balik batu”. Kasih yang pura-pura bukan supaya orang lain merasa kesejukan dari efek perbuatan kita, malah dirugikan. Kepentingan diri sendiri menjadi niat utama di balik kasih yang pura-pura. Ada rencana meraih keuntungan lebih besar daripada yang dilakukan.

Saudara, kepura-puraan bersifat tidak langgeng. Sebagai ilustrasi, Jika saya pura-pura baik hati dan ramah kepada orang lain, maka dalam waktu singkat orang itu akan mengenal sikap saya sebenarnya. Oh, ternyata saya itu orangnya kikir. Ketus. Kepura-puraan tidak bisa disembunyikan karena pelakunya akan lelah batinnya, karena perbuatannya tidak sesuai sikapnya yang asli. Kata orang, “akhirnya, ketahuan juga belangnya”.

Ganti pura-pura adalah perbuatan tulus. Murni. Motif yang sejujurnya di balik berbagai tindakan kita. Orang yang pura-pura akan menyeretnya dirinya sendiri pada hal yang jahat. Lihat saja, bukankah para penipu kebanyakan memerankan kepura-puraan. Kendaraan yang dikendarai, busana yang dipakai, makanan yang disantap, semua mencerminkan bonafiditas orang itu. Padahal, sebenarnya ia orang miskin yang pura-pura kaya untuk mengelabui orang lain untuk mendapat keuntungan dari penampilannya yang bersifat pura-pura itu. Yang dilakukannya jauh dari sikap hidup tulus.

Allah yang Maha Kaya turun ke dunia dalam kesederhanaan. Perbuatan Allah ini tidak pura-pura, karena Allah tidak bersandiwara. Kepapaan dan kesederhanaan-Nya merupakan bukti cinta kasih-Nya. Ia bersedia mengosongkan diri (Filipi 2:7) sebagai bentuk kesediaan sama dengan manusia dan bentuk ketaatan pada rencana Allah Bapa.

Orang yang pura-pura itu lupa. Ada dua pihak yang tidak bisa dikelabui oleh tindakan dan sikap kepura-puraanya, yaitu pertama Tuhan dan kedua, hati nuraninya. Karena itu, Saudaraku, mari kita berbuat wajar dan tulus. Jika kita kesulitan melakukannya, kita mohon Tuhan agar menguatkanya. Jika gagal melakukannya, kita mohon agar Tuhan berkenan mengampuninya. Daripada kita hidup dalam kepura-puraan, yang membohongi orang lain. Dan marilah kita hidup tulus dalam kasih, sebab kasih itu sesungguhnya adalah sikap yang murni yang direstui Tuhan dan hati nurani.

Kita berdoa: Tuhan, kami ingin bersikap dan bertindak dalam bimbingan-Mu, agar hati yang tulus dan murni mewarnai tindakan kami. Janganlah kami bersandiwara, karena Engkau tidak dapat dibohongi.

Hari ini, kami mengingat peran dan cinta kasih para ibu. Mereka sumber keteduhan dan perhatian atas keluarga. Pada saat merayakan hari ibu, kami berdoa agar mereka bahagia. Jerih dan perjuangan mereka Tuhan berkati.

Doa kami ini, kami naikkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno