Refleksi Harian: Kejadian 22:7 dan Matius 6:27

Iman Mengatasi Khawatir

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Salah satu hal alami dan sekaligus karunia Tuhan adalah istirahat tidur. Puji Tuhan, semalam kita menjalaninya dalam lindungan Tuhan. Pagi ini, kita bangun dan menyongsong hari baru. Bahan refleksi harian: Kejadian 22:7 dan Matius 6:27.

Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?””.

Kejadian 22:7

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

Matius 6:27

Saudaraku, sebenarnya pergulatan batin Abraham itu sangat berat. Memang, dengan patuh dan setia, ia ikuti perintah Alla untuk memberikan korban bakaran Kepada Allah. Ia bawa anaknya Ishak ke puncak bukit dan menyiapkan api dan pisau.

Ada dua hal utama yang menggelisahkan batin jika kita berada pada posisi Abraham. Pertama, Ishak putera kandungnya. Hasil penantian sekian lama. Dilahirkan saat Sara sudah hilang masa kesuburan sebagai perempuan. Jika dipersembahkan, apakah mungkin ada penggantinya. Sebab Abraham dan Sara sudah uzur.

Kedua, dengan mempersembahkan Ishak, maka bukankah bisa terancam gagal bahwa keturunannya bagai bintang-bintang di langit. Pada Ishaklah janji itu ditumpukan. Jika Ishak dikorbankan mati, gugur sudah janji Allah itu.

Saudaraku, sebagai manusia Abraham tidak ada bedanya dengan kita. Meski dijuluki bapa orang beriman, ia dibelit rasa cemas dengan permintaan Tuhan. Sikap maju-mundur dialaminya. Meski, dengan ia memikul anaknya dan menyiapkan api dan pisau tanda ia sudah siap.

Artinya, kepercayaan Abraham kepada Allah telah menang, dibanding rasa kuatir masa depannya kelak. Ia yakin, Allah sumber kehidupan akan membuka pintu kehidupan buat masa depannya. Narasi atau kisah Abraham berakhir dengan Allah membatalkan permintaan Ishak dikorbankan. Allah telah melihat nyata, keimanan Abraham lebih besar daripada kekuatiran atas hidup masa depannya.

Saudaraku, Tuhan Yesus dengan jeli melihat salah satu problema manusia adalah kekuatiran. Kuatir apakah kebutuhan hidupnya dan keinginan yang dimilikinya dapat terpenuhi atau tidak. Dia mengingatkan, bahwa manusia itu merupakan makhluk istimewa di antara ciptaan-Nya yang lain. Anda dan saya lebih mulia dari hewan. Kita semua lebih luhur dari tanaman.

Tanaman diberi keindahan seperti contohnya bunga bakung. Sedangkan hewan, yakni burung pipit yang tidak menabur, menuai dan mengumpulkan bekal dalam lumbung, tetap hidup diberi makan Tuhan. Pesan Tuhan Yesus itu, mengajak Anda dan saya tidak ada alasan kuatir. Selama kita sungguh2 yakin tentang pemeliharaan Tuhan.

Jadi, sumber kekuatiran atau kecemasan berasal dari sikap dan keyakinan dalam diri sendiri. Abraham mampu melewati pergumulan itu. Kekuatiran dapat ditepisnya dengan bertumpu pada keberimanan bahwa Tuhan pasti lebih tahu atas apa yang akan diberikan-Nya kepada kita. Ya, Dia lebih tahu daripada kita sendiri.

Tuhan lebih berkuasa atas tubuh kita, daripada kita sendiri. Dia tahu kebutuhan masa depan kita. Berpegang pada keyakinan ini dan lalu menjalani hidup ke depan, niscaya kekuatiran tidak akan menggerogoti batin kita. Jadi, yang membuat kita kuatir atau tidak adalah sikap kita sendiri.

Saudaraku, beberapa hari lalu menjadi berita viral dua selebritis, suami-istri ditangkap polisi. Keduanya terbukti pengguna narkoba. Jika ditelisik lebih dalam atas jiwa mereka. Pasti mereka dirundung kekuatiran. Ada kegalauan tentang hidup. Nama terkenal dan kekayaan berlimpah tidak bisa mengobatinya.

Saudaraku, hidup kelimpahan tidak identik dengan hidup yang bebas dari kuatir. Demikian juga dengan popularitas. Hidup yang sederhana tidak identik dengan orang yang selalu kuatir. Realita justru berbicara lain. Meski hidup kita sederhana namun punya keyakinan kuat pada pemeliharaan Tuhan, kekuatiran itu tetap ada tapi keberimanan kerap menangkalnya.

Kita berdoa, Tuhan, kiranya hari ini kami jalani dengan yakin dan percaya Tuhan memenuhi kebutuhan hidup kami, sehingga tidak perlu kami terjerat pada kekuatiran yang tak perlu.

Kami berdoa bagi saudara kami yang berulang tahun. Semoga hari yang istimewa ini dijalani dengan hati suka cita, sehat, dan hidup dalam pengharapan dan percaya akan Tuhan di hari yang diberikan Tuhan. Berikan apa yang didambakan mereka agar menjadi kenyataan.

Pulihan dan sembuhkan saudara kami yang sakit, ya Tuhan.

Doa kami ini, kami panjatkan dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kejadian 22:7 dan Matius 6:27